Desa dengan luasan sekitar 11.000 Ha memiliki iman kuat akan kebersihan, tidak terlihat sedikitpun adanya sampah di lokasi pemukiman. Bahkan air dalam parit terlihat bening.
Gotong royong, kerja bhakti dan kebersamaan adalah bukti dari keimanan tersebut.
"Menjaga alam itu wasiat leluhur kami. Maka pesan itu yang akan kami pegang teguh sampai akhir hayat,"tegasnya.
Jika melihat lebih jeli ornamen di Desa Setulang, tampak balok balok kayu utuh ukuran besar, diukir warna warni di gerbang masuk setiap gang.
Di atas ukiran ornamen khas Dayak Oma Lung, ada ukiran dua manusia saling berpelukan, yang semakin menguatkan arti "Setulang".
Terdapat balai adat yang menjadi lokasi utama kegiatan budaya dan pengambilan keputusan dalam rapat.
Di balai ini juga, para warga adat menikah, sehingga tak butuh sewa gedung. Cukup membayar sekedarnya untuk pemasukan kas adat, maka pernikahan dipastikan meriah dengan seluruh warga yang datang membantu.
Uniknya, mas kawin adat Oma Lung, hanya sebilah mandau dan selembar kain.
Mandau diartikan sebagai alat pembuka jalan, yang dalam falsafahnya adalah senjata dalam mengarungi hidup, sekaligus menjamin keamanan istrinya.
Sementara kain, adalah pakaian yang bisa melindungi suami dari malu dan perubahan cuaca.
"Kita ini Setulang, tak perlu mas kawin mahal dan mewah. Asal bertanggung jawab dan setia, jadilah pernikahan,"katanya.
Sebuah keindahan etnik dan paham kebersamaan yang kental, menjadi falsafah dan ajaran yang bakal terus terjaga.
Bahkan untuk bahasa adat, Dayak Oma Lung mewajibkan minimal sebulan sekali, dalam kebaktian gereja, lagu rohani yang dinyanyikan menggunakan bahasa Oma Lung.
"Ada beberapa tradisi adat kami hilang. Kami mencoba menjaga yang masih bisa diselamatkan,"kata Tong Lejau.
Apa tradisi dan budaya yang hilang dari Dayak Oma Lung? penjelasannya akan kita tulis di berita selanjutnya.
Liputan di Malinau dan Krayan, akan menjadi serial cerita di Kompas.com yang akan melakukan peliputan hingga HUT RI 78 di perbatasan RI - Malaysia.
Ikut dan simak terus perjalanan tim Kompas.com, Robertus Belarminus, Fikri Hidayat, Gitano Prayogo, Nissi Elizabeth, Lina Sujud, Yulveni Setiadi dan Ahmad Dzulviqor. Tim Kompas.com dalam liputan ini dibekali apparel dari Eiger.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.