Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LPSK Sebut 571 Pekerja Migran Asal NTT yang Meninggal di Luar Negeri Berangkat Secara Ilegal

Kompas.com - 10/08/2023, 17:49 WIB
Sigiranus Marutho Bere,
Andi Hartik

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com- Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Antonius Wibowo, menyebutkan, sejak 2018 hingga Juli 2023, terdapat 588 pekerja migran Indonesia asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang meninggal di luar negeri.

Dari 588 pekerja migran itu, kata Antonius, hanya terdapat 17 orang yang berangkat secara prosedural. Sedangkan 571 orang berangkat ke luar negeri melalui jalur ilegal.

"Data itu sepintas mengindikasikan lemahnya pengawasan dan perlindungan terhadap calon pekerja migran sehingga rentan menjadi korban perdagangan orang," ujar Antonius dalam diskusi yang digelar di Kota Kupang, NTT, Kamis (10/8/2023).

Baca juga: Kemenko PMK Sebut 2.230 Pekerja Migran Jadi Korban Perdagangan Orang, Modus Direkrut secara Daring

Antonius mengatakan, human trafficking merupakan persoalan serius di Indonesia. Pada 2014, NTT sudah ditetapkan menjadi provinsi darurat human trafficking setelah adanya gelombang protes mulai menyebar di Kupang hingga terkuak ke publik.

"Lebih jauh lagi, penyebab merajalelanya jaringan kriminal perdagangan orang masih luput dari kajian," katanya.

Baca juga: Kemenko Polhukam Sebut Ada 1.262 Pekerja Migran Korban TPPO dalam 2 Tahun Terakhir

Sementara itu, sambung Antonius, pada level penegakan hukum, sesuai data dari Polda NTT, hanya terdapat 34 kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TTPO) yang ditangani Polda NTT dari 2018 hingga 2021.

"Banyaknya jumlah korban dan minimnya tindakan hukum untuk para pelaku maka semua pihak harus bekerja keras untuk melakukan penegakan hukum," imbuhnya.

Menurutnya, secara khusus, berbagai lembaga peradilan diimbau untuk melakukan terobosoan dalam upaya perlindungan dan pencegahan perdagangan orang.

Termasuk di dalamnya, kata dia, pemberian prioritas dan memasukkannya sebagai program.

"Tentu langkah ini perlu kerja sama dan dukungan banyak pihak, dengan melibatkan elemen keagamaan, pemerintah, dan berbagai organisasi kemasyarakatan lain," terangnya.

Meski begitu, lanjut Antonius, secara legal formal ada sekian banyak aturan yang dilahirkan dalam upaya perlindungan, pencegahan dan penindakan tindak pidana perdagangan orang, tetapi sampai saat ini mafia perdagangan orang tetap merajalela.

"Sehingga masyakarakat sipil menilai kinerja pemerintah dan aparat hukum belum maksimal dalam upaya pemberantasan perdagangan orang di NTT," bebernya.

Dia berharap, kerja sama semua pihak bisa menghentikan masalah perdagangan orang mulai dari hilir sampai di hulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada ke PSI, Sekda Kota Semarang Ungkap Alasannya

Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada ke PSI, Sekda Kota Semarang Ungkap Alasannya

Regional
Umat Buddha di Candi Borobudur Lantunkan Doa Perdamaian Dunia, Termasuk untuk Palestina

Umat Buddha di Candi Borobudur Lantunkan Doa Perdamaian Dunia, Termasuk untuk Palestina

Regional
Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Pasangan Sesama Jenis Menikah di Halmahera Selatan Ditangkap, Polisi: Antisipasi Amukan Warga

Regional
Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Bentrokan Warga di Kupang, 3 Rumah Rusak, 2 Sepeda Motor Rusak dan Sejumlah Orang Luka

Regional
Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Deklarasi Maju Pilkada Lombok Barat, Farin-Khairatun Naik Jeep Era Perang Dunia II

Regional
Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Begal Meresahkan di Semarang Dibekuk, Uangnya untuk Persiapan Pernikahan

Regional
Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Resmikan Co-working Space BRIN Semarang, Mbak Ita Sebut Fasilitas Ini Akan Bantu Pemda

Kilas Daerah
Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Penertiban PKL di Jambi Ricuh, Kedua Pihak Saling Lapor Polisi

Regional
Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Pria di Kudus Aniaya Istri dan Anak, Diduga Depresi Tak Punya Pekerjaan

Regional
Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Setelah PDI-P, Ade Bhakti Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PSI

Regional
Soal 'Study Tour', Bupati Kebumen: Tetap Dibolehkan, tapi...

Soal "Study Tour", Bupati Kebumen: Tetap Dibolehkan, tapi...

Regional
Ingin Bantuan Alat Bantu Disabilitas Merata, Mas Dhito Ajak Warga Usulkan Penerima Bantuan

Ingin Bantuan Alat Bantu Disabilitas Merata, Mas Dhito Ajak Warga Usulkan Penerima Bantuan

Regional
Anak Wapres Ma'ruf Amin Maju Pilkada Banten 2024

Anak Wapres Ma'ruf Amin Maju Pilkada Banten 2024

Regional
Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Gagal Jadi Calon Perseorangan di Pangkalpinang, Subari Lapor Bawaslu

Regional
Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Kain Gebeng, Kain Khas Ogan Ilir yang Nyaris Punah

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com