KOMPAS.com - Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta menjadi polemik.
Polemik berawal saat panitia dari Dewan Mahasiswa (DEMA) UIN Surakarta melibatkan sponsor dari aplikasi pinjaman online (pinjol).
Ribuan mahasiswa diminta oleh DEMA untuk mendaftar di aplikasi pinjol yang menjadi sponsor kegiatan.
Belakangan terungkap pihak DEMA mendapatkan sponsorship Rp 160 juta dari salah satu perusahaan pinjol.
Dan berikut 5 fakta mahasiswa baru UIN Solo dipaksa daftar pinjol saat ospek:
Kasus tersebut terungkap saat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sukoharjo melakukan aksi protes kegiatan Masa Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK).
Ketua Umum HMI Cabang Sukoharjo, Fierdha Abdullah Ali, mengatakan panitia meminta seluruh mahasiswa baru untuk mengunduh dan mendaftar di apliskasi pinjaman online agar mendapatkan konsumsi.
"Data pribadi mahsiswa baru yang telah mendaftar juga dipertaruhkan keamanannya," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima TribunSolo.com, Senin (7/8/2023).
Selain itu, mahasiswa baru juga diwajibkan membeli souvenir berupa berupa kaos, gantungan kunci, gelas, stiker, dan kertas yang notabene adalah bagian dari fasilitas dan hak yang harus didapatkan mahasiswa.
Baca juga: Polemik DEMA UIN Surakarta Minta Maba Daftar Pinjol Saat PBAK, Disebut Dapat Sponsorship Rp 160 Juta
Wakil Rektor I Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga UIN Raden Mas Said Surakarta Imam Makruf menyebut ada 500 mahasiswa yang telah terdaftar pinjol.
Jumlah tersebut berdasarkan pengakuan DEMA kepada pihak rektorat.
"Kalau pengakuan dari kemarin (sidang dakwaan), mengakunya 500. Ini rencana kita akan membuat semacam aduan biar kita tahu yang registrasi itu berapa," ujarnya
Untuk itu pihak kampus membuka aduan bagi mahasiswa baru yang sudah terlanjur mendaftar pinjmana online.
Baca juga: Duduk Perkara Maba UIN Solo Dipaksa Daftar Pinjol Saat Ospek
Kegiatan ini adalah festival budaya yang mereka adakan dan butuh pendanaan sendiri.