Menurut Ngadino, dia hanya melihat 3 bawa petugas dari rumah S.
"Yang saya ketahui itu yang jelas ada HP, jaket plus senjata tajam," ujarnya.
Senjata tajam itu, kata dia, berupa sebilah pedang katana berukuran pendek.
S dikenal tertutup dan jarang bergaul dengan masyarakat sekitar. Padahal, S adalah warga asli desa tersebut.
"Ronda-ronda enggak ikut, (iuran-iuran) enggak sama sekali," ungkap Ngadino, ketua RT setempat.
Sebagai RT, Ngadino mengaku sudah berusaha merangkul S agar terlibat kegiatan warga. Caranya dengan memberikan bantuan program jambanisasi.
"Itu saja harus dikerasi, karena sempat menolak. Alasannya tidak membutuhkan," ungkap dia.
Baca juga: Mobil Rombongan Perangkat Desa di Boyolali Alami Kecelakaan, 1 Meninggal, 3 Luka Berat
Bahkan soal ibadah, Ngadina menyebut S tidak pernah bergabung dengan tetangga.
"Kalau salat (wajib) di musala sana, kalau Jumatan ke masjid sana," kata Ngadino.
Menurut Ngadino, masyarakat sekitar menganggap santai penangkapan S.
"Santai mawon. Ra usah mumet (Santai saja, tidak usah dibikin pusing)," pungkasnya.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Fristin Intan Sulistyowati | Editor : Ardi Priyatno Utomo), Tribun Solo
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.