Dengan hanya mengandalkan penerangan dari senter, Nino biasa bekerja di bawah tanah hingga 12 jam, bahkan pernah sampai 24 jam.
Sumber oksigen berasal dari pipa blower yang sekaligus digunakan untuk komunikasi dengan operator di atas.
Sedangkan untuk kebutuhan makan dan minum dipasok dari atas menggunakan katrol. Katrol ini berfungsi untuk menaikkan karung-karung berisi material tambang.
Dengan risiko sebesar itu, Nino yang sudah 10 tahun menjadi penambang tradisional ini tetap melakoni pekerjaannya. Ia awalnya menambang di lokasi lain, namun belakangan pindah ke Tajur.
"Ketika sudah masuk ibaratnya jihad, bagaimana pun ini untuk menafkahi keluarga, yang penting bisa menyekolahkan anak," ucap Nino yang berasal dari Kecamatan Gumelar, Banyumas ini.
Baca juga: Menunggu Kabar 8 Penambang Emas di Banyumas yang Terjebak di Dalam Lubang
Hal senada disampaikan Darkim (44) dan Agus (40), keduanya memakai nama samaran. Dua warga lokal ini nekat menyusuri lubang-lubang di bawah tanah demi mengisi perut.
"Intinya bagaimana cara mengubah nasib. Awalnya numpang tidur (di rumah mertua), sekarang bisa punya gubuk sendiri," jawab Darkim ketika ditanya latar belakang memilih pekerjaan ini.
"Karena kebutuhan," sahut Agus yang duduk di tumpukan bekas material galian tanah bersama Darkim.
Keduanya sadar, pekerjaan ini memiliki risiko tinggi. Keduanya tahu di lokasi itu juga pernah ada dua orang penambang yang tewas karena diduga menghirup gas beracun, beberapa tahun lalu.
Baca juga: Kesaksian Penambang Emas di Banyumas, Pernah Nyaris Terjebak Dalam Lubang Puluhan Meter
Bahkan, Darkim pernah nyaris terjebak seperti delapan penambang asal Bogor, karena ada kebocoran air. Beruntung, Darkim saat itu dapat menyelamatkan diri keluar dari lubang.
Lantas berapa penghasilan mereka? Apakah setimpal dengan risiko yang dihadapi? Darkim dan Agus hanya saling menatap, tidak menjawab secara pasti nominal penghasilannya.
"Hasilnya enggak menentu, tergantung harga pasaran dan kadar emas yang didapatkan," ujar Darkim.
Darkim menggambarkan, dalam satu karung material biasanya dapat menghasilkan emas 10 gram. Hasilnya, masing-masing 20 persen untuk pemilik lahan dan pemodal, sisanya dibagi para pekerja.
Namun tak jarang material yang diangkat juga tidak ada kandungan emasnya sama sekali.
Baca juga: Doa Bersama Digelar di Lokasi 8 Penambang Emas Terjebak di Lubang Galian Banyumas
"Ya sekarang sudah bisa beli tanah untuk investasi," kata Agus.
Darkim mengatakan, dahulu menjual hasil tambang berupa material mentah. Namun kini banyak penambang yang telah memiliki alat pengolahan sendiri di rumahnya masing-masing.
"Untuk satu karung (material) pengolahannya butuh waktu 3 sampai 4 jam," ujar Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.