Meski merasa kelelahan, ia tak memedulikannya. Baginya, saat ini, yang terpenting kebutuhan air di rumahnya terpenuhi setiap hari.
"Sehari bolak-balik tujuh kali agar air di rumah tercukupi. Mau beli juga mahal. Bisa untuk cuci dan mandi. Air dari belik itu asin, tapi mau bagaimana lagi," tutur ibu tiga anak itu.
Baca juga: 10 Wilayah di NTT Ini Alami Kekeringan Ekstrem Panjang, Tak Hujan Lebih dari 61 Hari
Sore itu Siti tak sendiri. Dia mengantre di belik berbarengan dengan belasan ibu lainnya. Selain untuk keperluan mencuci, air dari belik juga dipersiapkan untuk kebutuhan mandi sekeluarga .
"Kami sudah terbiasa saat kemarau melanda. Kalau sudah kepepet, air dari belik yang kadang asin rasanya, kami masak terlebih dulu sebelum dikonsumsi," tutur Sri warga Desa Geyer lainnya.
Sekretaris Pemdes Geyer, Joko Purnomo menyampaikan, kemarau melanda enam dusun di desanya sejak dua bulan ini. Sementara warga yang hidup di garis kemiskinan terpaksa memanfaatkan belik untuk keperluan kebutuhan akan air.
Joko pun berharap segera ada bantuan dari pemerintah untuk membantu memenuhi pasokan air bersih.
"Kami sudah mengajukan droping air ke Pemkab Grobogan. Saat kemarau panjang selalu krisis air. Air dari belik umumya berasa asin, entah bagaimana ceritanya kami belum paham," kata Joko.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.