Pertunjukan tari Sepen biasanya ditampilkan oleh penari beberapa penari laki-laki maupun perempuan secara berpasangan.
Namun ada juga pertunjukan yang hanya menampilkan penampilan penari laki-laki saja atau perempuan saja.
Tari Serimbang menggambarkan burung Cebuk yang memiliki daya pikat sehingga burung-burung lainnya tertarik untuk mengelilinginya.
Terutama saat, burung Cebuk berkicau dan mengepak-ngepakkan sayapnya, seperti sedang menari.
Kepakan dan kelincahan burung Cebuk menjadi gerakan pokok Tari Serimbang.
Burung Cebuk adalah burung yang terdapat di daerah Tempilang, sebuah kabupaten di Bangka Barat.
Baca juga: Tari Zapin Asal Riau: Jenis Tarian, Jumlah Penari, dan Gerakan
Tari Serimbang diciptakan pada abad ke-17, yaitu sekitar tahun 1670 hingga 1680 oleh masyarakat Tempilang.
Tari tersebut diciptakan sebagai penyambutan pahlawan di Kota Tempilang, yang pulang dari peperangan melawan Lanun.
Tari Serimbang kemudian dikembangkan oleh Abdurani Bin Abdullah, seniman daerah setempat, pada tahun 1982.
Pada perkembangannya, tari Serimbang banyak ditampilkan di Tempilang, Kelapa dan Sungailiat untuk mengisi acara budaya penyembutan tamu.
Tari Kedidi melambangkan gerak-gerik burung Kedidi yang konon banyak terdapat di sepanjang pantai Pulau Bangka.
Burung Kedidi sejenis burung yang senang berkelompok. Burung tersebut memiliki keunikan saat bermain dengan teman-temannya dan mencari makanan di tepi pantai.
Tari Kedidi mengambil gerakan burung Kedidi yang banyak dijumpai penduduk saat membua ladang maupun menunggu musim panen.
Pada malam hari sambil melepas lelah, masyarakat menghibur diri sambil bermain musik Dampus dan bedincak serta menari Kedidi.
Tari Chiat Ngiat Pan memiliki gerakan yang bermakna cerita tentang ritual sembahyang rebut.