Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pilu Bocah 10 Tahun di Dairi Meninggal Sebulan Setelah Digigit Anjing Peliharaannya

Kompas.com - 10/07/2023, 11:42 WIB
Rahmat Utomo,
Riska Farasonalia

Tim Redaksi

Catatan: Berita ini sudah mengalami perubahan berdasarkan wawancara dan konfirmasi langsung kepada keluarga bocah Y dan Dinas Kesehatan.

 

MEDAN, KOMPAS.com - Kisah pilu dialami pria bernama Yakobus Tampubolon (50) di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Anak perempuannya, YS (10) meninggal dunia setelah digigit anak anjing di rumah mereka, Minggu (9/7/2023). 

Yakobus mengatakan, anak anjing tersebut dibeli dari temannya pada akhir Mei 2023. Baru 2 minggu dipelihara, anjing tersebut menggigit kaki kanan YS.  

"Karena sering (tak sengaja) terkena pijak atau dipegang-pegang, jadi agak beringas anjing ini, agak galak. Jadi pas bangun pagi (di awal Juni 2023) anak saya ini, saat mau sekolah entah bermain, diterkam gitu, terlukalah," ujar Yakobus kepada Kompas.com saat dihubungi, Selasa (11/7/2023).

Saat itu, Yakobus tidak langsung membawa anaknya ke rumah sakit, dia memilih ke pengobatan alternatif.

"Ada di kampung kita di sini, tukang obat kampung, sudah banyak pasien digigit anjing sembuh dibuatnya," ujar Yakobus.

Kata Yakobus, setelah 2 kali berobat di sana, YS terlihat sehat. Sementara itu, anak anjing peliharaan mereka mati 5 hari setelah menggigit YS.

Namun anehnya, lanjut Yakobus, sebulan kemudian, tepatnya pada Sabtu (8/7/2023), YS mengeluh sakit perut.

"Kubeli obat, lalu aku kasih pagi waktu dibilangnya sakit, agak lumayan kata dia (YS). Siang sempat makan bersama kami, mamaknya dan juga abangnya," ujar Yakobus,

Namun tidak berapa lama kemudian, YS kembali mengeluh sakit, kali ini di bagian pinggangnya. Yakobus mengaku sempat berfirasat buruk, namun dia tetap yakin anaknya pasti akan sembuh.

"Sakit apa pikirku, entah masuk angin. Sorenya lumayan enggak bisa tidur, sampai Minggu (9/7/2023) jam 02.00 belum tidur. Jadi kupeluklah dia, namanya ada tanda-tanda (firasat buruk)," kenang Yakobus.  

Berselang 10 menit tidur sebentar, ketika terbangun, wajah YS tampak pucat. Setelah itu, YS bercerita ke Yakobus bahwa dia sangat takut melihat air.

"Semalam aku ke kamar mandi, kuambil gayung, timbah air, gemetar aku takut lihat air itu," ujar Yakobus menirukan ucapan anaknya. 

Saat itu, Yakobus melihat bibir anaknya kering seperti dehidrasi. Dia pun berinisiatif mengambil air putih untuk menenangkan YS, namun justru YS gemetaran saat melihatnya.

"Gemetaran takut macam tenggelam di kolam dia. Jadi kupikir 'ah enggak iya lagi ini'. Aku bawa ke bidan terdekat," ungkap Yakobus.

Tetapi sebelum datang ke bidan, Yakobus membawanya ke tempat pengobatan YS yang pertama. Lalu orang yang mengobati YS mengaku tidak sanggup lagi mengobati YS.

Saat dibawa ke bidan terdekat, sang bidan juga mengatakan tidak mampu menangani penyakit YS. Yakobus lalu membawa anaknya ke RSUD Sidikalang. Dari sana, korban dirujuk ke RSUD Adam Malik Medan. Dalam perjalanan, YS mengembuskan nafas terakhir.

"Rupanya dekat Kecamatan Pancur Batu, Kota Medan, sudah enggak sanggup lagi anakku, sudah meninggal dia," ujar Yakobus dengan suara bergetar. 

Dugaan penyebab kematian

Yakobus mengaku tidak tahu, anjing kecil yang dibelinya sudah disuntik rabies atau belum. Dia juga mengaku, mereka belum sempat membawa anjing itu untuk mendapatkan vaksin rabies.

"Aku sudah pasrah, biar saja ini jadi pengalaman bagi yang lain. Awak udah pasrah, awaklah yang menjadi awalnya," tuturnya.

Kepala Dinas Kesehatan Sumut Alwi Mujahit mengatakan, jajarannya sudah mendengarkan cerita dari keluarga korban. Berdasarkan gejala yang ditunjukkan, YS terindikasi terkena rabies.

"Kan ada tanda-tandanya, takut sama air dia," ujar Alwi kepada Kompas.com.

Namun untuk memastikan kejadian itu, pihaknya akan melakukan analisis yang lebih mendalam.

"Belum ada laporannya, sampai saat ini. Pastinya akan kita cek," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi Henry Manik mengatakan, pihaknya sudah berbicara dengan keluarga korban.

"Dari gejala yang dialami dan adanya riwayat gigitan anjing lebih kurang sebulan yang lalu (wawancara dengan keluarga pasien), pasien tersebut menunjukkan gejala penyakit rabies," katanya dalam keterangan tertulis yang dikirimkan, Rabu (12/7/2023).

Dugaan ini belum didukung tindakan pemeriksaan atau catatan medis. Keluarga, lanjut dia, mengaku, tidak membawa YS ke puskesmas atau pustu setelah digigit anjing.

Terkait kasus ini, Pemerintah Kabupaten Dairi akan segera menggelar vaksinasi rabies, khususnya anjing. Mereka meminta warga segera membawa anjing peliharaan ke Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (KPP) bidang Peternakan untuk mendapatkan vaksin rabies.

“Ya, kami memang ada beberapa laporan dan informasi kasus digigit anjing. Mengantisipasi hal ini Bupati Dairi Eddy Keleng Ate Berutu memberikan perhatian serius dan meminta Dinas Pertanian KPP dan Dinas Kesehatan aktif melakukan pengendalian seperti sosialisasi dan vaksinasi, namun peran aktif warga juga sangat diperlukan,” ujar Kepala Dinas Pertanian KPP Kabupaten Dairi, Robot Simanullang dalam keterangan tertulisnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak seperti Pemilu, Peminat PPK dan PPS di Pilkada Menurun

Tak seperti Pemilu, Peminat PPK dan PPS di Pilkada Menurun

Regional
Mengenal Megathrust dan Hubungannya dengan Potensi Gempa dan Tsunami di Indonesia

Mengenal Megathrust dan Hubungannya dengan Potensi Gempa dan Tsunami di Indonesia

Regional
Usai Kecelakaan Maut Subang, Tim Gabungan Cek Kelayakan Bus Pariwisata di Banyumas

Usai Kecelakaan Maut Subang, Tim Gabungan Cek Kelayakan Bus Pariwisata di Banyumas

Regional
Soal 'Study Tour', Gibran: Jangan Dihilangkan

Soal "Study Tour", Gibran: Jangan Dihilangkan

Regional
Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta, Gibran Bakal Salurankan Bantuan Meski Tak ber-KTP Solo

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta, Gibran Bakal Salurankan Bantuan Meski Tak ber-KTP Solo

Regional
Usai dari Lebak, 1.500 Warga Baduy Lanjutkan Perjalanan  Bertemu Pj Gubernur Banten

Usai dari Lebak, 1.500 Warga Baduy Lanjutkan Perjalanan Bertemu Pj Gubernur Banten

Regional
Kasus Penyerangan di Montong Lombok Barat, 2 Orang Ditetapkan Tersangka

Kasus Penyerangan di Montong Lombok Barat, 2 Orang Ditetapkan Tersangka

Regional
Siswi SMA Diperkosa Ayah Tiri dan Kakek, Pelaku Ancam Bunuh Ibu Korban

Siswi SMA Diperkosa Ayah Tiri dan Kakek, Pelaku Ancam Bunuh Ibu Korban

Regional
Isi Ratusan Liter BBM Subsidi di Kapal, 2 Warga Labuan Bajo Ditangkap

Isi Ratusan Liter BBM Subsidi di Kapal, 2 Warga Labuan Bajo Ditangkap

Regional
Sakit, 7 Calon Jemaah Haji Embarkasi Solo Ditunda Berangkat ke Tanah Suci

Sakit, 7 Calon Jemaah Haji Embarkasi Solo Ditunda Berangkat ke Tanah Suci

Regional
Tabungan Rp 5 Juta Terbakar, Penjual Angkringan di Solo: Padahal buat Mengembangkan Usaha

Tabungan Rp 5 Juta Terbakar, Penjual Angkringan di Solo: Padahal buat Mengembangkan Usaha

Regional
2 Penambang Timah Rakyat Ilegal di Babel Tertimbun Lumpur, 1 Tewas Tenggelam

2 Penambang Timah Rakyat Ilegal di Babel Tertimbun Lumpur, 1 Tewas Tenggelam

Regional
Kasus Oknum Polisi Diduga Aniaya Warga Aceh Utara hingga Tewas Berakhir Damai

Kasus Oknum Polisi Diduga Aniaya Warga Aceh Utara hingga Tewas Berakhir Damai

Regional
Tak Gubris Ajakan Salaman, Pelajar di Semarang Disetrika Kakak Kelasnya

Tak Gubris Ajakan Salaman, Pelajar di Semarang Disetrika Kakak Kelasnya

Regional
Terdampak Banjir, Aliran Listrik ke 1.890 Pelanggan PLN Padam

Terdampak Banjir, Aliran Listrik ke 1.890 Pelanggan PLN Padam

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com