“Misalnya industri tekstil, alfamart, itu kan listriknya banyak. Dia mungkin pelanggan 25 KVa, dia mungkin agak sulit memasang PLTS dengan kapasitas 25 Kva. Karena sekarang dibatasi sekitar 20 persen dari kebutuhan,” tutur dia.
Bila mendapat persetujuan PLN untuk memasang PLTS atap, sisa listrik yang dihasilkan pengguna dapat dibeli PLN dengan harga lebih murah dari listrik PLN dengan sistem ekspo impor.
Namun, PLN berharap agar tidak ada ekspor, lantaran listrik mereka masih surplus.
“Ini memang ada regulasi yang terbaru, jumlah itu tergantung kebijakan di daerah masing-masing. Mungkin kalau di daerah yang suplai listrik PLN tidak banyak, misalnya di Sumatera, mungkin PLTS atap bisa lebih dari 20 persen dari jumlah langganan ke PLN. Tapi, saya kira itu tidak berlaku di Jawa,” ujar dia.
Dia mendorong agar masyarakat dibebaskan memasang PLTS atap sampai target EBT naik beberapa persen.
Bila sudah banyak pengguna dan kontribusi pada bauran EBT di Jateng, PLN baru mengatur hal itu.
“Biar orang mau mencoba dulu. Jangan dibatasi 20 persen, tapi misalnya 60 persen. Ini belum apa-apa sudah dibatasi,” ujar dia.
“Pemerintah jangan sampai PLN dirugikan sekali, tapi target EBT juga bisa tercapai. Jadi, bagaimana pemerintah mencari regulasi yang tepat,” ujar dia.
Dengan memasang PLTS atap on grid, masyarakat dapat modal kembali dalam jangka waktu 6-8 tahun.
Baca juga: Rem Blong, Truk Kontainer Tabrak Truk Pengangkut Semen, Jalan Semarang-Salatiga Sempat Macet Parah
Sedangkan untuk off grid atau pakai baterai, sampai 17 tahun. Hal itu tidak menarik masyarakat untuk memasang karena terlalu mahal.
“Off grid tidak perlu izin sama sekali ke PLN. On grid harus izin, karena PLTS tidak dapat bekerja kalau tidak terhubung ke PLN. Repotnya di situ,” kata dia.
Hanya dengan Rp 10 juta, masyarakat dapat menghasilkan listrik 1.000 watt dari penggunaan PLTS atap on grid.
“Yang jadi persaingan, sekarang PLTS untuk industri besar enggak perlu modal, pabrik tidak perlu investasi. Banyak yang mau masang dengan harga di bawah PLN. Nanti kalau sudah 15 tahun (pamakaian) PLTS diberikan ke industrinya karena dalam 6-7 tahun sudah balik modal,” pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.