“Contohnya, di sekitar tempat saya menanam padi, ada lahan yang dikuasai perusahaan tertentu dalam bentuk Hak Guna Bangunan (HGB) yang dibiarkan terlantar sejak tahun 1995. Sampai hari ini, tidak ada satupun bangunan yang dibangun pemiliknya sesuai peruntukan haknya,” ungkap Ady.
Padahal, lanjut Ady, jika pemerintah serius dan memiliki komitmen yang sungguh-sungguh untuk menjaga ketahanan pangan, HGB ini seharusnya dicabut dan diberikan kepada perusahaan atau orang yang betul-betul punya komitmen untuk mengelolanya.
“Kalau pemerintah berkenan mengalokasikan sebagian kecil untuk budidaya padi, besok pun langsung saya garap dan saya akan buktikan tanah yang sudah tidur selama 28 tahun bisa menghasilkan padi dan tanaman pangan lainnya,” papar Ady.
Keberhasilan Ady juga telah mendapatkan apresiasi dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia, yang memuji keberhasilan Ady yang memperkenalkan tanaman padi di Tanjungpinang.
“Padinya bagus ini pak, malai panjang dan bernas. Ini bagus ditangkarkan. Silakan lanjutkan terus penanamannya,” kata Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi.
Dia berharap, keberhasilan Ady dalam memperkenalkan tanaman padi di Tanjungpinang dapat menjadi sebuah gerakan massal, meski hanya memanfaatkan lahan sempit di pekarangan rumah dan lahan tidur.
Apalagi, keberhasilan penanaman padi yang dilakukan Ady ini, baru pertama kali dalam sejarah berdirinya Kota Tanjungpinang yang pernah berjaya sebagai daerah penghasil tambang bauksit.
“Kalau penanaman padi ini nantinya meluas dan sudah melibatkan masyarakat lainnya, kami pasti bantu. Seperti mesin perontok padi dan rice milling unit (mesin giling padi),” terang Suwandi.
Tidak saja Kementerian Pertanian Republik Indonesia, bahkan Tim Peneliti Mikrobiom Nutrisi dan Proteksi Tanaman, Pusat Mikrobiologi Terapan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sarjiya Antonius menyatakan kesiapannya berkolaborasi dengan Ady Indra Pawennari, pelopor budidaya tanaman padi di Tanjungpinang, Kepri ini.
“Kami dari tim peneliti BRIN, siap berkolaborasi dengan pak Ady untuk melakukan kajian lebih detail. Harapannya bisa sebagai model untuk implementasi lebih lanjut,” kata Sarjiya Antonius.
Peneliti senior BRIN ini mengaku sudah lama mengenal Ady Indra Pawennari yang populer dengan inovasinya di bidang pertanian.
“Dari cerita pak Ady, keberhasilannya menanam padi di lahan bekas tambang bauksit di Tanjungpinang tak lepas dari inovasi cocopeat yang dikembangkannya selama ini. Cocopeat bisa berperan penting dalam menjaga kondisi biokimia tanah,” jelas Anton.
Menurut Anton, cocopeat yang memiliki keunggulan dalam menyimpan air sehingga tanah yang kering bisa menjadi lebih lembab dapat meningkatkan biodiversitas mikroba menguntungkan seperti mikroba pemacu pertumbuhan tanaman (PGPR).
“Jadi, cocopeat ini juga bisa berperan menginduksi ketahanan terhadap stres lingkungan dan serangan organisme pengganggu tanaman,” pungkas Anton.
Sebagaimana diketahui, keberhasilan Ady Indra Pawennari menanam padi di lahan bekas tambang bauksit di belakang rumahnya menjadi buah bibir di kalangan masyarakat Tanjungpinang.
Pasalnya, struktur tanah di ibukota Provinsi Kepri ini cukup keras dan cenderung berbatu.
Sehingga kebanyakan orang menganggap tanaman padi mustahil bisa hidup atau tumbuh subur di Tanjungpinang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.