Hal tersebut yang menjadi alasan Cerita Kyai dan Nyai Melati masih menjadi perdebatan hingga saat ini.
Di sisi lain, sejarah Klaten juga dapat ditelusuri dari keberadaan candi-candi, baik candi Hindu maupun Budha dan barang-barang kuno peninggalan sejarah.
Asal muasal desa-desa kuno tempo dulu menunjukan keterangan terpercaya, seperti Desa Pulowatu, Gumulan, Wedihati, Mirah-mirah maupun Upit.
Peninggalan atau petilasan Ngupit bahkan secara jelas menyebutkan pertanda tanggal yang dimaknai 8 November 66 Maeshi oleh Raden Rakai Kayuwangi.
Berdirinya Benteng Engelenburg (Engelenburg Fort) atau Benteng Loji Klaten di masa pemerintahan Sunan Paku Buwana IV juga mempunyai arti penting dalam sejarah Klaten.
Pendirian Benteng Loji Klaten dilakukan dengan peletakan batu pertama, yang dimulai pada hari Sabtu Kliwon, 12 Rabiul Akhir, Langkir, Alit 1731 atau sengkala Rupa Mantri Swaraning Jalak yang dimaknai sebagai tanggal 28 Juli 1804.
Sumber sejarah ini dapat ditemukan dalam Babad Bedhaning Ngayogyakarta, dan Geger Sepehi.
Pemerintah Kabupaten Klaten melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 kemudian menetapkan tanggal 28 Juli 1804 sebagai Hari Jadi Kabupaten Klaten yang diperingati setiap tahun.
Sumber:
klatenkab.go.id, visitklaten.com