Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan Mei 1998 di DI Yogyakarta, dari Peristiwa Gejayan hingga Pisowanan Ageng

Kompas.com - 15/05/2023, 17:55 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

 

Pisowanan ageng

Setelah pecahnya kerusuhan Gejayan, pada 20 Mei 1998 Sultan Hamengku Buwono X menggelar Pisowanan Ageng.

Pada waktu Pisowanan Ageng, Sultan turun bersama mahasiswa dan masyarakat di Alun-alun utara.

Pisowanan Ageng ini membuat alun-alun utara dibanjiri manusia, tak hanya alun-alun utara yang sesak dengan manusia kala itu.

Lautan manusia membanjiri sampai area Jalan Malioboro, Jalan Ibu Ruswo, Jalan Kyai Ahmad Dahlan, dan Titik Nol Kilometer Yogyakarta.

Baca juga: Sultan Brunei Menginap di Bali Saat KTT ASEAN, Polisi Kerahkan 448 Personel

Turunnya Sultan bersama masyarakat ini tak lepas dari desakan intelektual di Yogyakarta salah satunya yaitu rektor UGM tahun 1998 sampai dengan 2022 Ichlasul Amal.

"Orang-orang penting di Jogja melihat karena adanya dua kerusuhan, situasi tidak kondusif lagi lalu bermaksud membuat seruan untuk itu," kata dia.

Namun, dia tidak mengetahui secara pasti apakah massa yang datang ini diundang secara langsung oeh Raja Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X atau diundang oleh komisariat gerakan mahasiswa.

Menurut dia, Pisowanan Ageng merupakan gabungan ide dari para pemimpin di Yogyakarta, intelektual, dan mahasiswa.

Pisowanan Ageng ini menutu dia adalah peristiwa yang fenomenal, karena pada saat itu hampir tidak mungkin mengerahkan masa sebanyak itu mengingat pergerakan mahasiswa dan masyarakat sangat dbatasi.

"Ketika orang dari berbagai penjuru khususnya kampus berjalan ke arah Keraton, dan penduduk menyediakan makanan dan minuman, itu sebuah gerakan yang fenomenal," ungkapnya.

"Saya beruntung bisa melihat itu secara langsung karena saya ada di dekat pagar Keraton, saya bisa melihat Sultan dan panggung, rektor UGM juga orasi," imbuh dia.

Saat Pisowanan Ageng ini, Sultan menyampaikan beberapa hal namun yang terpenting menurut Agus adalah pertama sudah saatnya Indonesia melakukan pembaharuan.

Kedua, agar rakyat Yogayakarta menjaga kerukuanan dan keamanan.

Sementara itu dikutip dari Harian Kompas (20/5/1998), dalam amanat sambutannya, Sultan HB X mengingatkan bahwa kalau merenungkan sejarah perjuangan bangsa, maka maknanya yang sekarang pantas dipetik adalah, "kembali pada semangat kejuangan Yogyakarta yang dijiwai asas kerakyatan dan laku prasaja (berlaku sederhana. - Red), agar dengan demikian generasi muda calon pemimpin bangsa tetap setia pada semangat kerakyatan dan kesederhanaan itu, yang memang merupakan akar budaya bangsa yang sebenar-benarnya."

Pisowanan Ageng ini menurut Agus memberikan dampak yang besar bagi politik Indonesia.

Saat itu Soeharto masih memperhitungkan posisi Keraton Yogyakarta.

"Bagaimanapun beliau (Soeharto) orang Jawa dan mengerti dunia Keraton," kata dia.

Saat muncul berbagai gerakan di Yogyakarta dan banyak dimuat oleh media massa, membuat Soeharto paham akan situasinya saat itu.

"Gerakan di Jogja secara simbolik dan moral memberikan dampak yang sangat besar pada keputusan yang diambil Pak Harto," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Viral, Bupati Pemalang Touring Pakai Pelat Palsu, Mansur: Keteledoran Tim

Viral, Bupati Pemalang Touring Pakai Pelat Palsu, Mansur: Keteledoran Tim

Regional
Polisi Tangkap Pria yang Cabuli Anak di Bawah Umur di Toilet Sekolah

Polisi Tangkap Pria yang Cabuli Anak di Bawah Umur di Toilet Sekolah

Regional
Gaji Guru PPPK di Semarang Masih Belum Cair, Wali Kota: Sabtu Cair

Gaji Guru PPPK di Semarang Masih Belum Cair, Wali Kota: Sabtu Cair

Regional
Kick Off ILP, Pj Walkot Nurdin: Upaya Wujudkan Pelayanan Kesehatan Paripurna

Kick Off ILP, Pj Walkot Nurdin: Upaya Wujudkan Pelayanan Kesehatan Paripurna

Kilas Daerah
Status Gunung Ibu Naik Jadi Siaga, Terdengar Dentuman dan Erupsi

Status Gunung Ibu Naik Jadi Siaga, Terdengar Dentuman dan Erupsi

Regional
Suami Tewas Diduga Dianiaya Polisi di Aceh Utara, Istri Korban Minta Hukum Pembunuhnya

Suami Tewas Diduga Dianiaya Polisi di Aceh Utara, Istri Korban Minta Hukum Pembunuhnya

Regional
Perbaikan Jalan Pantura Demak Menyisakan 2 Titik, Contraflow Diberlakukan Jika Macet

Perbaikan Jalan Pantura Demak Menyisakan 2 Titik, Contraflow Diberlakukan Jika Macet

Regional
Dapat Penghargaan dari Serikat Pekerja/Buruh Sumut, Ini Upaya Pj Gubernur Sumut Sejahterakan Buruh

Dapat Penghargaan dari Serikat Pekerja/Buruh Sumut, Ini Upaya Pj Gubernur Sumut Sejahterakan Buruh

Regional
Cerita Luqman Nabung Sejak 2012 dari Hasil Jualan Bakso Bakar, Akhirnya Berangkat Haji Tahun Ini

Cerita Luqman Nabung Sejak 2012 dari Hasil Jualan Bakso Bakar, Akhirnya Berangkat Haji Tahun Ini

Regional
Diduga Malpraktik hingga Pasien Tewas, Lurah di Prabumulih Dinonaktifkan

Diduga Malpraktik hingga Pasien Tewas, Lurah di Prabumulih Dinonaktifkan

Regional
Pemkot Tangerang Raih WTP 17 Kali Berturut-turut, Pj Nurdin: Harus Koheren dengan Kualitas Pelayanan Publik

Pemkot Tangerang Raih WTP 17 Kali Berturut-turut, Pj Nurdin: Harus Koheren dengan Kualitas Pelayanan Publik

Regional
Rektor Laporkan Mahasiswa yang Kritik UKT, Unri Angkat Bicara

Rektor Laporkan Mahasiswa yang Kritik UKT, Unri Angkat Bicara

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com