Visualisasi burung maleo dalam logo keketuaan Indonesia di ASEAN ini juga membuat bangga Ajeng Mawaddah Puyo, yang merupakan duta burung. Ia mendapat kepercayaan dari pegiat lingkungan untuk menyuarakan upaya konservasi pelestarian burung dan habitatnya.
“Maleo adalah burung kebanggaan kami, burung hebat yang mandiri sejak lahir. Kami bangga burung ini menghiasi logo keketuaan Indonesia di ASEAN,” tutur Ajeng Mawaddah Puyo.
Pengalamannya dengan burung maleo tidak diragukan lagi. Ia sering berkunjung ke dalam belantara hutan taman nasional Bogani Nani Wartabone untuk ikut memindahkan telur-telur ini ke hatchery (kandang penetasan).
“Jika tidak dipindahkan, predator akan memakan telur maleo ini. Bahkan babi hutan pun akan menggali tanah yang ada telur maleonya untuk disantap,” ujar Ajeng Mawaddah.
Baca juga: Pesan Gaib Ratu Deku untuk Menjaga Maleo
Ardin Mokodompit dan Ajeng Mawaddah merupakan bagian masyarakat Gorontalo yang senang dengan hadirnya burung maleo dalam logo keketuaan ASEAN Indonesia.
“Kami berharap jangan cuma jadi logo, harus ada upaya mengenalkan burung maleo ke negara-negara ASEAN agar wisatawan datang ke Gorontalo atau daerah lain di Sulawesi yang ada burung maleonya,” ucap Ajeng Mawaddah Puyo.
Ajeng Mawaddah menambahkan, Hungayono di taman nasional Bogani Nani Wartabone ini merupakan kawasan peneluran (nesting ground) burung maleo terbesar di dunia.
Di tempat ini juga telah dikelola warga lokal sebagai objek ekowisata ternama, sudah banyak wisatawan mancanegara yang datang untuk menikmati pesona Hungayono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.