SEMARANG, KOMPAS.com - Bagi masyarakat Kota Semarang, nama Sunan Kuning sudah tidak asing lagi di telinga.
Pasalnya, Makam Sunan Kuning atau Soen An Ing yang terletak di Jalan Taman Sri Kuncoro III, Kalibanteng Kulon, Kota Semarang ini memiliki karakteristik bangunan yang berbeda dibanding makam pada umumnya.
Berwarna campuran merah dan kuning, Makam Sunan Kuning berdiri kokoh dengan bangunan campuran khas Jawa dan China. Bahkan, gapura makam ini juga didominasi dengan gaya khas China.
Baca juga: Kabar Viral 3 Pemandu Karaoke di Sunan Kuning Semarang Keroyok Rekan Kerja, Korupsi Jadi Motifnya
Saat masuk ke kawasan makam, akan tampak tiga bangunan makam yang berjejer. Di depannya, terdapat lampion-lampion merah dan tulisan China.
Pengurus Yayasan Soen An Ing, Jumadi, mengatakan, nama Sunan Kuning mulai bergeser saat didetetapkannya kawasan sekitar makam menjadi lokalisasi pada tahun 1963 lalu.
"Dulu di sini ramai sekali. Nah, mulai tahun 1963 wali kota Semarang saat itu meresosialisasi Pekerja Seks Komersil (PSK) yang tersebar di Semarang ke kawasan ini. Maka dikenal lah nama prostitusi SK atau Sunan Kuning," jelas Jumadi kepada Kompas.com, Rabu (2/5/2023).
Jumadi menyatakan, pada zaman dahulu, banyak peziarah dari kalangan Tionghoa yang datang ke makam tersebut.
Apalagi, jenazah yang dibaringkan di sana dalam salah satu versi dipercaya merupakan Raden Mas Garendi, atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Amangkurat V.
Amangkurat V merupakan Susuhunan, atau Raja Mataram Islam yang berkuasa pada 1 Juli 1742 sampai September 1743.
Baca juga: Biografi Singkat Sunan Kuning atau Amangkurat V
Nama cucu Amangkurat III ini menjadi terkenal karena bekerja sama dengan etnis Tionghoa menyerang pendahulunya, Pakubuwana II.
Tak heran, jika pendukung maupun pengikut Sunan Kuning mayoritas berasal dari etnis China. "Itulah mengapa bangunan makam, gapuranya juga menyerupai bangunan khas China," ucap dia.
Di samping itu, terdapat dua tempat makam yang diutamakan untuk berziarah di Soen An Ing. Pertama, makamnya para pengawal atau pengikut Sunan Kuning. Di antaranya, ada Mbah Jabat, Mbah Jimat, dan Mbah Majapahit.
Kemudian, tempat makam utama terdiri dari Mbah Kanjeng Sunan Kuning, Sunan Kalijaga, dan Sunan Ambarawa.
"Ada tata caranya juga kalau mau berziarah. Dari gapura, masuk lalu wudhu atau sholat dulu. Terus ziarah ke makam pengawalnya dulu, baru ke makam mbah Sunan Kuning," ucap Jumadi.
Lebih jelas Jumadi mengatakan, ada ritual khusus yang selalu dilakukan oleh pengurus Yayasan Soen An Ing. Selain tahlil, dirinya juga mengganti air dalam enam kendi yang ada di makam.
Baca juga: Lokalisasi Sunan Kuning Ditutup, PSK Pindah ke Kabupaten Semarang