Dirinya menyebut, tidak jarang para peziarah yang mencari dan menuang air dalam kendi untuk dibawa pulang. Lantaran, dipercaya memiliki karomah atau keberkahan.
"Biar peziarah juga bisa menggunakan air karomah, biasanya dituang ke botol-botol kecil," tutur Jumadi.
Dikonfirmasi terpisah, Pegiat Sejarah Kota Semarang, Rukardi Achmadi, mengaku, belum ada fakta sejarah nyata yang menetapkan keberadaan Makam Sunan Kuning.
Pasalnya, gundukan makam yang dipercaya sebagai Makam Sunan Kuning dan pengawalnya itu hanya berasal dari kisah spiritual nenek moyang, bernama Mbah Saribin.
Dalam kisah yang didapat, pada waktu itu Mbah Saribin sedang kehilangan sekitar 10 kerbau ternaknya. Lantas, dirinya memutuskan untuk bersemedi di Bukit Pakayangan yang saat ini menjadi lokasi Makam Sunan Kuning.
Saat bersemedi, Mbah Saribin mendapati mimpi didatangi oleh makhluk yang mengendarai kereta kencana. Lalu, makhluk itu memberi pentunjuk keberadaan kerbau ternaknya.
Baca juga: Selain Sunan Kuning, Berikut Sederet Lokalisasi yang Akhirnya Ditutup Pemerintah
"Si makhluk itu memberi petunjuk bahwa kerbau-kerbaunya ada di lokasi yang tidak jauh dari Bukit Pakayangan itu. Setelah dicek, betul ada kerbau-kerbaunya. Karena merasa senang, Mbah Saribin membersihkan kawasan itu," jelas Rukardi, Kamis (4/5/2023).
Saat membersihkan lokasi, imbuh Rukardi, Mbah Saribin menemukan enam gundukan tanah yang lantas dipercaya sebagai makam Mbah Sunan Kuning dan para pengawalnya.
Dari cerita spiritual tersebut, Rukardi menyebut, keberadaan makam yang dipercaya sebagai Makam Sunan Kuning dan para pengawalnya itu belum bisa diterima dalam studi sejarah.
"Karena proses penemuan makam itu ditemukan melalui proses spiritual, maka tidak bisa diterima. Karena tidak sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan," ucap dia.
Terlebih, dalam sejarah diceritakan bahwa Amangkurat V atau Raden Mas Garendi dibuang ke Sri Lanka pasca pemberontakan dengan VOC dan terdesak di Surabaya pada 1743.
"Dan dikabarkan meninggal di sana. Bagaimana mungkin pada zaman itu bisa membawa jenazah yang meninggal di Sri Lanka, lalu dimakamkan di Jawa. Kalau dibawa ke Jawa pun, mungkin dibawa ke makam Kerajaan Kartasura. Jadi, entah itu makamnya siapa, kita tidak tahu," ungkap Rukardi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.