KOMPAS.com - Sekitar 20 WNI mengaku telah disekap, disiksa, diperbudak, dan diperjualbelikan dalam sindikat mafia penipuan online yang diduga jaringan 'jagal babi' dengan modus memikat korbannya melalui hubungan asmara.
Investigasi BBC sebelumnya mengungkap jaringan ini berada di Kamboja yang melibatkan warga China.
Kementerian Luar Negeri Indonesia masih mengupayakan kepulangan 20 WNI tersebut, namun terganjal persoalan kompleks karena sindikat ini berada di wilayah konflik bersenjata.
Sementara itu, Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) menilai kasus ini menjadi modus baru perdagangan manusia yang menjadikan WNI sebagai "budak" di wilayah konflik—tempat yang justru aman bagi sindikat perdagangan orang.
Baca juga: 30 TKI Disekap, Disiksa, dan Dijual di Myanmar: Kami Tak Sanggup Lagi, Mohon Bantu Kami Pak Jokowi
Kementerian Luar Negeri Indonesia melaporkan selama satu tahun terakhir telah menyelamatkan hampir 500 WNI korban tindak pidana perdagangan orang dari jaringan mafia penipuan online di Asia Tenggara, yang tersebar di Kamboja, Laos, dan Vietnam.
Seorang perempuan di antara WNI yang terjebak dalam sindikat penipuan online ini membuat video. Dia berharap pesannya bisa ditangkap sebagai sinyal S.O.S.
"Kami mohon pemerintah Indonesia, kami mohon support, dan pertolongan kalian segera, karena kondisinya di sini sudah darurat," kata perempuan berinisial NIS, warga Cimahi, Jawa Barat dalam videonya.
NIS tidak menyangka akan menjadi korban perdagangan manusia lintas negara dan berakhir di kompleks bangunan yang dijaga orang-orang bersenjata di kawasan Myawaddy, Myanmar.
Pada Oktober 2022 silam, NIS mendapat tawaran bekerja di Thailand melalui lowongan yang beredar di media sosial dengan posisi sebagai customer service atau layanan pelanggan. Gaji yang ditawarkan antara Rp12 juta - Rp25 juta per bulan.
Baca juga: 75 WNI Ikut Pemulangan Tahap 3 dari Sudan, Total Sudah 823 Orang Sudah Kembali ke RI
Tak disangka, ia justru diselundupkan ke Myanmar untuk bekerja sebagai pelaku kejahatan online.
"Saya salah satu korban penipuan kerja online yang direkrut melalui WhatsApp. Dipekerjakan sebagai scammer online. Ada 20 orang, saya salah satu di antara mereka," kata NIS.
Dalam bulan-bulan terakhir, ia harus menyaksikan rekan-rekan senegaranya disiksa karena kemungkinan tidak memenuhi target perusahaan menggaet korban melalui asmara untuk dijerumuskan dalam skema investasi palsu.
"Kami sudah berulang kali melihat penyiksaan. Satu orang bisa dipukul delapan sampai 10 orang. Tidak bisa melawan sama sekali, cuma bisa pasrah," kata NIS.
Pelaku penyiksaan menggunakan alat setrum, rotan, dan pipa untuk menghajar para korban. "Luka mereka sudah bukan lebam memar berwarna biru, tapi sudah berwarna hitam keunguan. Mengerikan," tambahnya.
Para pelaku penyiksaan yang berkomunikasi menggunakan bahasa China juga mulai menyiksa pekerja perempuan dengan hukuman "setrum, rambut dijambak, diseret."
Baca juga: Tangis Haru Sambut Kedatangan WNI Korban Perang Sudan di Bandara Lombok
"Sekarang posisinya benar-benar disekap, karena mereka sudah mogok kerja. Jadi sudah lima hari ini mereka tidak makan dan minum, tapi memang ada bantuan dari orang-orang kerja setempat yang kadang membantu," kata Rosa—bukan nama sebenarnya.
Rosa menambahkan, sepupunya sekarang berada di bangunan berlantai lima. Di kawasan tersebut terdapat sekitar empat gedung serupa. "Dalam satu gedung itu terdapat beberapa perusahaan," katanya.
Dalam cerita NIS kepada Rosa, ia bekerja menjerat korbannya dengan asmara untuk diarahkan kepada investasi palsu.
Baca juga: Cerita WNI di Sudan Saat Perang: Tidur Enggak Tenang, Takutnya Bom Jatuh ke Kita
"Kayak lewat kripto, harus deposit ke tempat judi online, tapi sebenarnya websitenya nggak ada," katanya yang membenarkan ini sebagai cara kerja penipuan online dengan metode 'jagal babi'.
Sebelumnya, investigasi BBC mengungkap sindikat penipuan online dengan memikat korbannya melalui asmara di Kamboja. Mereka pun merekrut tenaga kerja asal China.
Para pekerja disiksa dengan cara dipukul, disetrum, diikat jika tidak memenuhi target mendapatkan mangsa apa yang disebut penipuan online 'jagal babi'. BBC menduga sindikat di Kamboja itu dijalankan pengusaha lokal, Kuong Li, yang memiliki bisnis kasino hingga perhotelan.
Menurut Rosa, ada kemungkinan jaringan 'jagal babi' di Kamboja juga ada di Myanmar karena bebas dari razia penegak hukum.
"Sindikat penipuan online itu sangat diuntungkan kalau perang saudara terus terjadi," kata Rosa.
Baca juga: Kisah WNI di Sudan: 8 Tahun Tinggal di Tengah Perang, Ingin Pulang tapi Tak Punya Uang
Rosa sengaja membuat akun IG @bebaskankami dalam satu bulan terakhir, untuk mencari perhatian dari warganet termasuk pihak berwenang.
Dalam sebuah video terakhir yang diunggah @bebaskankami, tampak belasan orang dalam satu ruangan dengan wajah putus asa. Mereka memohon kepada Presiden Jokowi, politisi dan tokoh berpengaruh di Indonesia, "tolong pulangkan kami".
Dalam testimoni korban lainnya juga menyebutkan adanya "korban kejang-kejang karena siksaan."
"Setiap hari kami harus menanggung beberapa hukuman jika kami tidak memenuhi target ini."
Baca juga: Kemensos Berikan Kebutuhan Logistik untuk WNI yang Berhasil Dievakuasi dari Sudan