Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada tahun 2021 angka stunting di Sumsel mencapai 24,8 persen. Sementara, di tahun 2022 menurun secara signifikan menjadi 18, 6 persen.
Untuk Kota Palembang, jumlah stunting di daerah ini pada 2021 mencapai 16,1 persen kemudian menurun di tahun 2022 menjadi 14,3 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, Trisnawarman mengatakan, penurunan angka stunting ini dikarenakan pemerintah kabupaten kota selalu gencar memberikan edukasi ke masyarakat untuk memastikan kebersihan lingkungan terutama di kawasan kumuh.
"Kemudian memberikan edukasi serta asupan gizi cukup bagi calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak di masa 1.000 hari kehidupan sampai mereka balita,” kata Trisnawarman, Selasa (4/3/2023).
Dengan adanya penurunan tersebut, ia memastikan angka stunting di tahun 2023 akan kembali turun menjadi 14,3 persen di bawah nasional yakni 21,6 persen.
Menurut Trisnawarman, beberapa indikator penurunan angka stunting yang dilakukan pemerintah daerah, yakni dengan menyediakan anggaran, peningkatan kualitas layanan, serta peningkatan status pangan.
“Ada beberapa faktor penyebab stunting, misalnya dari lingkungan, sarana dan prasarana, fasilitas kesehatan, pola asuh, pola makan,” jelasnya.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru pun menargetkan angka stunting tahun 2024 di wilayahnya turun hingga satu digit. Menurutnya, stunting bukan hanya masalahan kemiskinan dan kawasan kumuh.
Sehingga, Herman pun mengimbau agar peran Posyandu dapat kembali diaktifkan di seluruh daerah.
”Banyak orang mampu yang anaknya stunting. Itu karena mereka tidak memberikan ASI eksklusif atau makan yang baik saat hamil. Alasannya karena takut gemuk,” ujar Herman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.