Meletusnya Gunung Tambora yang dulu dikenal para penjelajah dengan sebutan Gunung Aram, Kengkelu hingga Tomboro tersebut, tidak saja menghancurkan daratan di Semenanjung Sanggar.
Dua kerajaan kecil, yakni Kerajaan Pekat dan Tambora juga musnah bersama lebih kurang 10.000 penduduknya. Sementara dari jarak 62 kilometer di ujung timur Tambora, ribuan orang dilanda penyakit dan kelaparan.
Tiga bulan sesudah letusan itu, 37.000 orang meninggal dan babi hutan keluar untuk memangsa mayat yang tidak terkubur. Di Dompu, orang-orang memakan dedaunan, sedangkan di Bima orang membunuh dan memakan kuda-kuda terbaik.
Baca juga: Gubernur NTB Wacanakan Miliki Museum untuk Mengenang Letusan Gunung Rinjani dan Tambora
Tidak kalah memperihatinkan, saat itu orang-orang rela menjual diri sebagai budak kepada pedagang dari Maluku dan Sulawesi hanya untuk bisa keluar dari tanah airnya yang sudah porak-poranda oleh letusan Tambora.
"Selama setahun sesudahnya yang melarikan diri berjumlah sebanyak yang meninggal. Populasi Sumbawa berkurang sampai setengahnya," tulis Tim Hanningan dalam buku berjudul Raffles dan Invansi Inggris ke Jawa yang diterjemahkan oleh Bima Sudiarto pada 2015.
Penggiat Sejarah Dompu, Nurhaedah mengemukakan, letusan dahsyat Gunung Tambora 1815 silam terjadi pada masa pemerintahan Sultan Dompu yang ke-17, yakni Sultan Abdul Rasul (1808-1857).
Baca juga: Taman Nasional Gunung Tambora: Sejarah, Flora dan Fauna, hingga Potensi Wisata
Pada saat itu, pusat pemerintah Kesultanan Dompu berada di Bata, Kelurahan Kandai I. Namun, karena dahsyatnya letusan Tambora membuat Istana Bata tertutup abu vulkanik.
"Karena tertutup abu dan tidak dapat didiami lagi, Sultan Abdul Rasul II memindah lokasi istana ke lokasi baru, lokasinya di Masjid Baiturrahman saat ini. Oleh karena itu, Sultan Abdul Rasul II ketika wafat diberi gelar Aumerta Ma Waa Bata Bou," kata Nurhaedah.
Letusan Gunung Tambora merupakan malapetaka terbesar bagi Pulau Sumbawa. Karena selain membuat dua kerajaan, yakni Papekat dan Tambora sirna tertimbun lahar panas bersama raja serta seluruh rakyatnya, empat kerjaan lain yang tersisa, yakni Dompu, Sumbawa, Sanggar dan Bima hidup dalam kesengsaraan yang cukup panjang.
"Akibat letusan itu yang musnah hanya dua kerajaan, yaitu Pekat dan Tambora. Sementara empat kerajaan lain tidak musnah, kalau dibilang utuh tidak juga karena Kesultanan Dompu saja sampai pindah istananya. Tapi secara pemerintahan masih utuh semua empat kerajaan yang tersisa itu," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.