Mereka meninggalkan kampung halaman yang bakal jadi Waduk Sermo, suatu hari nanti.
Di Rejang Lebong, tiap kepala keluarga memperoleh dua hektar lahan, di mana seperempat hektar dipakai untuk rumah tinggal dan pekarangan. Selebihnya untuk lahan pertanian.
Warga Kulon Progo sangat kuat. Tahun demi tahun terlewati.
Mereka berhasil menanam karet, kelapa sawit, kopi hingga holtikultura. Mereka juga berdagang.
“Setelah 10 tahun, kira-kira bisa merasakan suksesnya pertanian,” kata Muji Wiyanto (58), salah satu transmigran yang ditemui di dermaga waduk.
Masih membekas masa itu meski telah terlewat 34 tahun.
Muji berangkat ke Rejang Lebong membawa istrinya yang bernama Jumiyati dan dua anaknya yang masih kecil, yakni Jatwadi (8) dan Dwi Agus T (5).
Sedih dan berurai air mata keluarga menyertai kepergian mereka.
Dari dermaga Waduk Sermo, Muji masih bisa mengingat letak tanah dan rumahnya dulu di sebuah bukit.
Baca juga: Jadi Sorotan Gibran, Mandor Proyek Masjid Raya Sheikh Zayed Minta Maaf dan Lunasi Utang Rp 145 Juta
Bukit itu sudah menjadi hijau pekat penuh dengan pohon.
“Di sana rumah saya, sekarang jadi hutan,” kata Muji.
Hutan itu berstatus suaka margasatwa sekaligus resapan bagi waduk.
Muji dan Jumiyati jadi salah satu petani berhasil di Toktoi. Kerja kerasnya saat itu membuahkan hasil.
Anaknya bekerja sebagai petani dan satunya jadi pegawai honor. Muji sekarang diberkati dengan tiga orang cucu.
“Asal badan kuat dan sehat, bertani bisa berhasil di sana,” katanya sembari tertawa bangga atas banyaknya petani yang berhasil di sana.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.