Yang paling dirugikan dari angkutan batu bara adalah warga desa yang dilalui truk-truk itu. Jalan desa yang baru dibangun dan telah lama didambakan warga, terancam untuk cepat rusak.
Itulah sebabnya mereka memasang spanduk, sebagai ungkapan kegalauan mereka.
Dipihak lain sektor penambangan batu bara menyumbang 14 persen nilai ekspor daerah, dan menampung tenaga kerja yang tidak sedikit.
Hanya saja pemasukan pemda dari kegiatan batu bara ternyata tidak banyak, yaitu hanya Rp 39 miliar (2021).
Prospek perkembangan sektor penggalian batu bara cukup besar, karena produksi (persisnya penggalian) batu bara saat ini belum setengah dari kuota yang ditetapkan Kementerian ESDM, yang sebesar 40 juta ton per tahun.
Kontribusi sektor pertambangan batu bara terhadap perekonomian daerah diharapkan semakin besar, dan itu akan mengkompensasi penurunan permintaan karet, komoditas primadona Jambi sejak puluhan tahun yang lalu.
Bisakah pemda lp WA mengatasi masalah pelik ini? Berikut ini ada beberapa solusi yang perlu dipertimbangkan.
Pertama, secara tegas mencegah pelanggaran jam operasional angkutan batu bara di jalan umum.
Kedua melarang truk batubara melalui jalan perdesaan sebagaimana dituntut rakyat.
Ketiga, pengeluaran IUP batu bara disesuaikan dengan kapasitas jalan yang ada, agar tidak menyebabkan kemacetan lalu lintas.
Keempat, mempercepat pembangunan jalan khusus batu bara, dengan merealokasi anggaran pusat dan daerah tahun 2023 yang telah ditetapkan.
Kelima, memanfaatkan moda transportasi Sungai Batanghari untuk angkutan batu bara.
Keenam, meningkatkan kontribusi perusahaan batu bara untuk pembangunan infrastruktur daerah.
Berbagai alternatif solusi itu tentu sudah dibahas oleh pemerintah daerah. Yang mungkin belum dilakukan adalah tindakan yang konkret untuk mengatasi masalah.
Kegiatan pertambangan batu bara akan berfaedah besar bagi daerah jika bergerak lancar tanpa memberi dampak negatif pada kegiatan ekonomi.
Perhatian khusus perlu diberikan kepada masyarakat perdesaan yang seringkali hanya menonton geliat perekonomian tanpa terlibat di dalamnya.
Jangan sampai mereka ikut mencium bau wangi durian, tanpa menikmati rasanya, bahkan tersandung kulitnya yang berduri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.