"Kalau uang jalan habis, mau tidak mau pakai uang sendiri. Itu artinya setoran bulanan untuk di rumah berkurang," keluhnya.
Sementara itu, Rendi, sopir batubara mengaku kerap menjadi sasaran tembak kemarahan masyarakat.
"Kalau sudah macet lebih dari 12 jam, apalagi sudah lebih sehari semalam, kami sopir batu bara ini kadang yang disalah-salahkan masyarakat, disebut biang kemacetan," kata Rendi.
Lelaki yang telah membawa truk batu bara sejak 2020 lalu, mengatakan kemacetan sudah terjadi sejak 2021.
Angkutan batu bara sudah mencapai belasan ribu di jalanan. Dengan aturan pemerintah untuk angkutan batu bara hanya boleh melintas pukul 18.00 WIB malam.
Dengan aturan ini, semua angkutan batu bara keluar dalam waktu bersamaan, tentu ini yang menjadi sumber kemacetan.
"Jumlah armada memang banyak, belasan ribu. Kalau batu bara boleh lewat siang, maka kamacetan tidak parah. Kemacetan ini karena ribuan truk batu bara serentak keluar dari tambang, jadi penuh lah jalan," kata Rendi.
Dia berharap, pemerintah menerapkan sistem kuota dan jadwal setiap angkutan batu bara. Sehingga waktu tempuh tidak memakan waktu 3-5 hari di jalanan.
"Masih ada lah sisa uang jalan untuk sopir walau macet-macet begini. Tapi nominalnya sudah kecil. Sementara harga-harga barang terus tinggi," kata dia.
Terkait kemacetan ini, Rendi sudah melapor ke atasannya, tetapi sampai sekarang belum ada solusi baik dari perusahaan tambang batu bara maupun dari pemerintah.
Dengan kemacetan ini sudah mengurai uang jalan yang diberikan bos. Selain membayar BBM, makan di jalan, sopir batu bara juga harus bayar uang ke kantong parkir dengan harga bervariasi mulai dari Rp 20.000. Belum lagi ada pihak-pihak yang meminta uang di jalanan.
Tidak hanya itu, pengeluaran sopir angkutan batu bara berkali-kali lipat lebih besar dibanding waktu normal tanpa kemacetan.
"Kami sedih melihat masyarakat selalu terjebak kemacetan. Ada orang sakit di ambulans sampai meninggal, anak susah mau sekolah. Tapi kami (sopir batu bara) butuh makan, kami sudah lapor ke bos, tapi tetap tidak ada solusi. Mau tidak mau kamu jalani, setiap hari macet," kata Rendi.
Serba serbi macet diwarnai banyak hal. Ada yang buang air besar di tepi jalan sampai ada perempuan yang harus bertukar pakaian dalam mobil. Namun setelah macet lebih dari 22 jam, belum ada petugas yang turun ke jalan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.