Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengurai Akar Masalah Tawuran Pelajar Berdarah di Lhokseumawe

Kompas.com - 27/02/2023, 16:18 WIB
Masriadi ,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

LHOKSEUMAWE, KOMPAS.comTawuran antar pelajar marak terjadi di Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, sejak dua bulan terakhir.

Padahal, kekerasan semacam ini tidak pernah terjadi sebelumnya di Aceh.

Tercatat tiga tawuran berdarah terjadi di Lhokseumawe. Polisi menahan para pelajar dan menyita senjata tajam, mulai pisau, kelewang, parang hingga pedang.

Baca juga: Tawuran 2 Kelompok Pelajar di Lhokseumawe, 1 Ditahan, 5 Senjata Tajam Disita

Korban pun terluka dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit. Bahkan kasus terakhir, polisi pun dibacok oleh para pelajar ini.

Kapolsek Banda Sakti, Lhokseumawe Iptu Faisal menyebutkan, aksi tawuran kerap terjadi Sabtu malam.

“Karena itu kita tingkatkan patroli Sabtu dan Minggu. Mereka ini alasannya dari rumah tidur tempat temannya. Lalu malamnya tawuran, sedangkan orang tua kurang kontrol terhadap anaknya,” kata Faisal saat dihubungi, Senin (27/2/2023)

Para pelajar ini juga melibatkan anak putus sekolah dalam aksinya.

“Sebagian mereka itu isap lem, sehingga daya mabuknya ada. Nah, dari situ dia merasa hebat dan superior. Jadi nekat saja dan berani agar terlihat gagah dimata teman-temannya,” kata Faisal.

Baca juga: Diduga Hendak Tawuran, 7 Remaja yang Nongkrong dan Bawa Celurit di Tegal Diamankan Polisi

Dalam kondisi mabuk atau setengah mabuk, mereka merasa sangat hebat.

“Maka, kita persuasif, kita datangi ke sekolah-sekolah. Satu hal mereka harus ingat, biaya berobat itu tidak ditanggung BPJS Kesehatan. Itu tanggung sendiri oleh orangtuanya,” terang Faisal.

 

Kapolres Lhokseumawe AKBP Henki Ismanto, sambung Faisal, sudah mengeluarkan telegram untuk razia rutin setiap Sabtu dan Minggu.

“Pendekatan ke semua lapisan juga kita lakukan. Agar ini bisa kita tangani bersama, bukan sebatas penegakan hukum saja,’ katanya.

Sementara itu, Direktur Lembaga Psikologi Tandaseru Lhokseumawe Lailan F Saidina menyarankan, pola pembelajaran di sekolah harus diubah.

“Sejauh ini metodenya ceramah saja. Padahal tidak semua anak cocok dengan metode ceramah. Ini perlu dievaluasi oleh dinas, agar anak ini bisa berubah karakternya kea rah lebih baik,” sebutnya.

Baca juga: Tawuran Antarpelajar di Lhokseumawe, Seorang Polisi Sempat Kena Bacok

Dia menyarankan kontrol sosial dari masyarakat kembali ditingkatkan.

“Dalam khasanah kearifan lokal Aceh, anak tetangga, anak kita juga. Jadi, menegur anak orang lain itu bagian dari menjaga anak orang lain itu sama seperti menjaga anak sendiri. Ini perlu digalakan lagi,” katanya.

Saran lainnya, Lailan meminta polisi untuk melakukan penegakan hukum hingga timbul efek jera.

“Tentu sesuai dengan regulasi UU Perlindungan Anak. Kalau tidak ada efek jera, anak-anak ini mikir tidak ada sanksinya. Paling berobat selesai tawuran,” terangnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Regional
Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Regional
Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Regional
Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Regional
Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy 'Turun Gunung' pada 17 Mei 2024

Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy "Turun Gunung" pada 17 Mei 2024

Regional
Menyoal Perubahan Status Kewarganegaraan Marliah yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia

Menyoal Perubahan Status Kewarganegaraan Marliah yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia

Regional
Susul Sekda Kota Semarang, Ade Bhakti Dijadwalkan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PDI-P

Susul Sekda Kota Semarang, Ade Bhakti Dijadwalkan Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada di PDI-P

Regional
Pemuda di Sleman Lecehkan Mahasiswi, Awalnya Diajak Ngabuburit

Pemuda di Sleman Lecehkan Mahasiswi, Awalnya Diajak Ngabuburit

Regional
Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Kecelakaan Beruntun di Depan KIW Semarang, Satu Pengendara Tewas

Regional
Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Keterlibatan Anak Bupati Solok Selatan Diselidiki

Dugaan Korupsi Lahan Hutan Negara, Keterlibatan Anak Bupati Solok Selatan Diselidiki

Regional
Tersangka Pembunuh Waria di Sukabumi Ditangkap di Bus Menuju Bogor

Tersangka Pembunuh Waria di Sukabumi Ditangkap di Bus Menuju Bogor

Regional
Banjir Rob Menyulap Hamparan Sawah di Pesisir Demak Menjadi Lautan

Banjir Rob Menyulap Hamparan Sawah di Pesisir Demak Menjadi Lautan

Regional
Daftar ke Partai Nasdem, Sinyal Denny Indrayana Kembali Bertarung di Pilkada Kalsel

Daftar ke Partai Nasdem, Sinyal Denny Indrayana Kembali Bertarung di Pilkada Kalsel

Regional
Jadi yang Terparah, Banjir Rob di Pesisir Jateng Diprediksi Terjadi hingga Akhir Mei

Jadi yang Terparah, Banjir Rob di Pesisir Jateng Diprediksi Terjadi hingga Akhir Mei

Regional
Dugaan TPPO di NTB, Jebolan Ajang Pencari Bakat Nasional Jadi Tersangka

Dugaan TPPO di NTB, Jebolan Ajang Pencari Bakat Nasional Jadi Tersangka

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com