Riaji mengatakan, bayinya tidak menangis keras seperti bayi lainnya.
Suara sang bayi bahkan tersendat seperti orang yang kesulitan bernapas.
Riaji mengatakan, kejadian ini menjadi pukulan berat bagi dirinya dan sang istri.
"Nasib kami harus kehilangan lagi untuk keempat kalinya, anak pertama hingga ketiga, istri saya keguguran, ini adalah bayi keempat yang merupakan harapan kami, tapi juga meninggalkan kami lagi," katanya lirih.
Dokter spesialis anak yang menangani sang bayi, dr. Putu Diah Vedaswari membenarkan kondisi bayi dalam kondisi memburuk, meski telah mendapat pertolongan maksimal.
"Memang kondisinya sudah memburuk, pertama karena bayinya prematur, yang kedua tidak mendapatkan pelayanan persalinan yang ideal karena lahirnya di jalan, jadi tidak ada perawatan bayi usai lahir," terang dia.
Kepala Dinas Kesehatan NTB, Lalu Hamzi Fikri menjelaskan, ibu yang melahirkan di jalan Desa Meang sempat dibawa ke klinik terdekat, yaitu Klinik Keluarga Medica di Jalan Raya Pengantap pada Minggu (19/2/2023) pukul 06.30 Wita untuk diberikan pertolongan pertama.
Ibu tersebut melahirkan seorang bayi berjenis kelamin laki-laki dan sempat dirawat di klinik dengan kondisi BBLR (Bayi Berat Badan Rendah).
Ibu dan bayi kemudian dirujuk ke RSUD Praya dan tiba di IGD dengan pengawalan dua petugas klinik.
"Pasien dirujuk karena bayi mengalami asfiksia berat (kondisi ketika bayi kekurangan oksigen sebelum,selama, dan setelah proses persalinan), kulit biru dan tidak menangis," terang Fikri dalam keterangan tertulis, Rabu.
Bayi malang tersebut kemudian dinyatakan meninggal dunia keesokan harinya pada Senin (20/2/2023) sekitar pukul 15.00 Wita di Ruang NICU RSUD Praya.
Baca juga: Ibu di Lombok Melahirkan di Jalan, Dinas Kesehatan Jelaskan Kondisi Bayi Sebelum Meninggal
Saat ini, kondisi ibu yang melahirkan dalam keadaan baik dan masih dalam masa pemulihan.
Fikri menyebut, kehamilan HPS kali ini adalah yang keempat dengan riwayat kehamilan tiga anak sebelumnya mengalami abortus atau keguguran.
Dinas Kesehatan Provinsi maupun Dinas Kesehatan Lombok Tengah memberi atensi terhadap insiden tersebut karena terjadi di tengah ikhtiar pemerintah dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi.
"Kasus ini perlu atensi agar kasus serupa tidak terjadi, terutama dari aspek kesehatan, yakni mengenai kemudahan mengakses fasilitas kesehatan, atensi mengenai berbagai faktor risiko pada ibu hamil mulai dari fase sebelum hamil, masa kehamilan, melahirkan sampai pasca-melahirkan. Serta dari aspek di luar kesehatan yang masih berkaitan juga patut menjadi atensi bersama," ungkap dia.
Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Kompas TV Mataram, Fitri Rachmawati, Kontributor Mataram, Karnia Septia | Editor Pythag Kurniati, Andi Hartik)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.