Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Ibu yang Melahirkan di Pinggir Jalan, Sempat Ditandu Pakai Sarung Sejauh 1,5 Kilometer ke Lokasi Ambulans hingga Bayinya Meninggal

Kompas.com - 22/02/2023, 18:40 WIB
Riska Farasonalia

Editor

KOMPAS.com - HPS (22), seorang ibu asal Desa Meang, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) melahirkan bayinya di pinggir jalan desa pada Minggu (19/2/2023).

HPS terpaksa melahirkan di pinggir jalan lantaran akses menuju Puskesmas dan rumah sakit sangat jauh.

Bayi laki-lakinya itu sempat dibawa ke klinik terdekat kemudian dirujuk ke rumah sakit.

Namun, bayi tersebut tidak tertolong hingga dinyatakan meninggal pada Senin (20/2/2023).

Sedangkan sang ibu, kondisinya dalam keadaan baik dan masih dalam masa pemulihan.

Video saat Harni melahirkan di pinggir jalan, sempat menyebar di media sosial.

Baca juga: Duka Ibu di Lombok NTB, Terpaksa Melahirkan di Pinggir Jalan Desa hingga Bayinya Meninggal

Kronologi kejadian

Suami HPS, Riaji (27) mengatakan, peristiwa tersebut terjadi sangat tiba-tiba.

Bayi yang dikandung sang istri lahir saat usia kandungan baru tujuh bulan.

"Kami ke ladang untuk bekerja seperti biasa, tiba-tiba istri saya kesakitan dan bilang akan melahirkan, saat itu saya panik, tak kami sangka istri melahirkan di pinggir jalan desa," ujar dia, Selasa.

Saat bayi laki-lakinya lahir di pinggir jalan, ambulans tidak bisa sampai ke lokasi istrinya melahirkan.

Sebab, akses jalan desa terputus setelah hujan besar dan banjir lumpur terjadi di kawasan Dusun Meang.

Karena ambulans tak bisa masuk, istrinya sempat ditandu mengunakan sarung oleh warga.

Mereka kemudian berjalan hingga 1,5 kilometer menuju lokasi ambulans.

Dari ambulans mereka harus menempuh jarak 2 kilometer lagi hingga sampai di klinik terdekat.

"Kami tandu istri pakai sarung, bergantian mengangkatnya dengan warga sekitar, dengan jarak 1,5 kilometer baru bisa dibawa ambulans, sampai di klinik, bidan sempat merawat hingga pagi hari namun merujuk istri dan anak saya ke Rumah Sakit Praya," cerita dia.

Bayi tak menangis

Riaji mengatakan, bayinya tidak menangis keras seperti bayi lainnya.

Suara sang bayi bahkan tersendat seperti orang yang kesulitan bernapas.

Riaji mengatakan, kejadian ini menjadi pukulan berat bagi dirinya dan sang istri.

"Nasib kami harus kehilangan lagi untuk keempat kalinya, anak pertama hingga ketiga, istri saya keguguran, ini adalah bayi keempat yang merupakan harapan kami, tapi juga meninggalkan kami lagi," katanya lirih.

Dokter spesialis anak yang menangani sang bayi, dr. Putu Diah Vedaswari membenarkan kondisi bayi dalam kondisi memburuk, meski telah mendapat pertolongan maksimal.

"Memang kondisinya sudah memburuk, pertama karena bayinya prematur, yang kedua tidak mendapatkan pelayanan persalinan yang ideal karena lahirnya di jalan, jadi tidak ada perawatan bayi usai lahir," terang dia.

Penyebab meninggal

Kepala Dinas Kesehatan NTB, Lalu Hamzi Fikri menjelaskan, ibu yang melahirkan di jalan Desa Meang sempat dibawa ke klinik terdekat, yaitu Klinik Keluarga Medica di Jalan Raya Pengantap pada Minggu (19/2/2023) pukul 06.30 Wita untuk diberikan pertolongan pertama.

Ibu tersebut melahirkan seorang bayi berjenis kelamin laki-laki dan sempat dirawat di klinik dengan kondisi BBLR (Bayi Berat Badan Rendah).

Ibu dan bayi kemudian dirujuk ke RSUD Praya dan tiba di IGD dengan pengawalan dua petugas klinik.

"Pasien dirujuk karena bayi mengalami asfiksia berat (kondisi ketika bayi kekurangan oksigen sebelum,selama, dan setelah proses persalinan), kulit biru dan tidak menangis," terang Fikri dalam keterangan tertulis, Rabu.

Bayi malang tersebut kemudian dinyatakan meninggal dunia keesokan harinya pada Senin (20/2/2023) sekitar pukul 15.00 Wita di Ruang NICU RSUD Praya.

Baca juga: Ibu di Lombok Melahirkan di Jalan, Dinas Kesehatan Jelaskan Kondisi Bayi Sebelum Meninggal

Kondisi ibu usai melahirkan

Saat ini, kondisi ibu yang melahirkan dalam keadaan baik dan masih dalam masa pemulihan.

Fikri menyebut, kehamilan HPS kali ini adalah yang keempat dengan riwayat kehamilan tiga anak sebelumnya mengalami abortus atau keguguran.

Dinas Kesehatan Provinsi maupun Dinas Kesehatan Lombok Tengah memberi atensi terhadap insiden tersebut karena terjadi di tengah ikhtiar pemerintah dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi.

"Kasus ini perlu atensi agar kasus serupa tidak terjadi, terutama dari aspek kesehatan, yakni mengenai kemudahan mengakses fasilitas kesehatan, atensi mengenai berbagai faktor risiko pada ibu hamil mulai dari fase sebelum hamil, masa kehamilan, melahirkan sampai pasca-melahirkan. Serta dari aspek di luar kesehatan yang masih berkaitan juga patut menjadi atensi bersama," ungkap dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Kompas TV Mataram, Fitri Rachmawati, Kontributor Mataram, Karnia Septia | Editor Pythag Kurniati, Andi Hartik)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Minggu 28 April 2024, dan Besok : Siang ini Cerah Berawan

Regional
Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung, Korban Terluka di Dada

Regional
Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Masa Jabatan Habis, Anggota DPRD Ini Kembalikan Baju Dinas ke Rakyat

Regional
Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Aparat Telusuri Kabar Pria Bersenjata Api Merambah Hutan di Aceh Timur

Regional
Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Provinsi Riau

Pekanbaru Raih Juara Umum di MTQ ke-42 Provinsi Riau

Regional
Istri Brigadir RAT Tak Percaya Suaminya Bunuh Diri, Lebaran Tak Pulang, Sudah 2 Tahun Kawal Pengusaha di Jakarta

Istri Brigadir RAT Tak Percaya Suaminya Bunuh Diri, Lebaran Tak Pulang, Sudah 2 Tahun Kawal Pengusaha di Jakarta

Regional
Sempat Bantah Aniaya Siswanya hingga Tewas, Kepsek di Nias Selatan Kini Jadi Tersangka

Sempat Bantah Aniaya Siswanya hingga Tewas, Kepsek di Nias Selatan Kini Jadi Tersangka

Regional
Tak Dibelikan Motor, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung di Aceh Tengah hingga Babak Belur

Tak Dibelikan Motor, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung di Aceh Tengah hingga Babak Belur

Regional
4 Hari Hilang Loncat dari Kapal, Warga Serang Belum Ditemukan

4 Hari Hilang Loncat dari Kapal, Warga Serang Belum Ditemukan

Regional
Kasus PMK Kembali Ditemukan di Boyolali, 41 Sapi Terjangkit

Kasus PMK Kembali Ditemukan di Boyolali, 41 Sapi Terjangkit

Regional
Aksi 'Koboi' Tewaskan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto, Keluarga Korban: Usut Tuntas

Aksi "Koboi" Tewaskan Juru Parkir Hotel Braga Purwokerto, Keluarga Korban: Usut Tuntas

Regional
Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Perjuangan Slaman Selama 38 Tahun Ubah Lahan Bakau Kritis di Pesisir Madura jadi Ekowisata

Regional
Polisi Tangani Kasus Belatung di Nasi Kotak RM Padang di Ambon

Polisi Tangani Kasus Belatung di Nasi Kotak RM Padang di Ambon

Regional
Lampaui Rerata Nasional, Kalteng Sukses Turunkan Prevalensi Stunting hingga 3,4 Persen

Lampaui Rerata Nasional, Kalteng Sukses Turunkan Prevalensi Stunting hingga 3,4 Persen

Regional
Penjaring Ikan di Cilacap Hilang Terbawa Arus Sungai Serayu

Penjaring Ikan di Cilacap Hilang Terbawa Arus Sungai Serayu

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com