Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Eki Baihaki
Dosen

Doktor Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad); Dosen Pascasarjana Universitas Pasundan (Unpas). Ketua Citarum Institute; Pengurus ICMI Orwil Jawa Barat, Perhumas Bandung, ISKI Jabar, dan Aspikom Jabar.

Mengubah Paradigma Pengelolaan Sampah

Kompas.com - 20/02/2023, 17:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KERUSAKAN lingkungan tidak bisa dilepaskan dari pandangan hidup dan gaya hidup manusia modern yang terjebak paham hedonisme, materialisme, dan pragmatisme.

Perilaku yang berdampak dan berpotensi besar menghasilkan limpahan sampah yang tidak terkendali.

Diperlukan ihtiar besar semua komponen bangsa secara terstruktur, sistematis, dan masif bahwa sampah adalah tanggung jawab bersama, tidak hanya unsur pemerintah, tetapi juga unsur akademisi, komunitas, media, dan bisnis untuk bersatu padu mengubah sampah dari bencana menjadi berkah.

Tragedi Leuwigajah

Sejarah kelam bencana sampah dan kerusakan lingkungan, akibat sampah yang menggunung terjadi di Cimahi pada 18 tahun yang lalu.

Tragedi nasional yang menimbulkan ledakan dan timbunan sampah menewaskan 157 jiwa penduduk sekitar TPA. Tepatnya 21 Februari 2005, di Leuwigajah Cimahi, merupakan bencana sampah nasional terbesar di Indonesia dan bencana sampah ke dua terbesar di dunia.

Dampak dari ledakan tersebut, Kota Bandung sempat disebut sebagai "Bandung Lautan Sampah".

Nama besar Kota Kembang ini menjadi buruk. Padahal sebelumnya dikenal sebagai kota yang dingin, bersih, dan indah. Akhirnya peristiwa itu kembali normal ketika pemerintah membuka TPA Sarimukti.

Setelah peristiwa itu terjadi, maka setiap tanggal 21 Februari, dijadikan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) untuk mengenang dan mengingatkan masyarakat dan semua komponen bangsa, bahwa persoalan sampah harus menjadi perhatian utama untuk mengelolanya agar tidak berkembang menjadi bencana.

Secara mendasar harus ada perubahan paradigma pengelolaan sampah dari “Kumpul-Angkut-Buang” menjadi paradigma “Pilah-Kumpul-Jual”, sehingga tidak lagi memandang sampah sebagai sesuatu yang tidak berguna dan harus dibuang.

Sampah mesti dipandang sebagai bahan/sumber daur ulang sehingga bisa menjadi berkah bagi kita semua.

Permasalahan sampah bukan saja karena volumenya yang terus bertambah seiring pertambahan jumlah penduduk. Terbatasnya lahan sebagai TPA juga menjadi masalah.

Kondisi TPA di kabupaten/kota di Indonesia sebagian besar bermasalah, karena melebihi kapasitas, mengalami kebakaran, pencemaran air tanah, udara, bau, dan sebagainya.

Memilah sampah menjadi hal penting yang harus dilakukan dalam pengelolaan sampah. Saat ini masyarakat masih belum maksimal dan masih sedikit yang mau melakukan melakukan pemilahan.

Pihak yang menghasilkan sampah belum sepenuhnya memiliki rasa tanggungjawab melakukan pemilahan sampah dan mengolah sampahnya.

Sehingga nantinya seminimal mungkin, hanya sampah yang berupa residu akan dibuang dan dikelola ke tempat pembuangan ahir (TPA)

Sinergi Pentahelix kelola sampah

Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (Ditjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan volume sampah di Indonesia tercatat pada tahun 2022 mencapai 70 juta ton. Sebanyak 24 persen atau sekitar 16 juta ton sampah yang tidak dikelola.

Tren dari tahun ke tahun, sampah yang tidak tertangani terus naik dan berpotensi menjadi bencana kalau tidak ada langkah untuk melakukan tata kelola yang baik dan masif.

Sesungguhnya masalah besar akan mudah diatasi jika terwujud sinergi, termasuk dalam upaya meminimalkan dampak dari melimpahnya sampah.

Kerusakan alam yang terjadi karena sampah seperti pencemaran Sungai Citarum, saat ini telah menjadi salah satu ancaman nasional jika tidak ditangani.

Sinergi adalah terwujudnya kerjasama yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk mengatasi masalah besar bangsa. Terjalinnya sinergi akan dapat mewujudkan inovasi bagi dalam merumuskan solusi bersama secara efektif.

Idealnya segenap komponen strategis bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Inpres No. 7 tahun 2018, tentang Aksi Nasional Bela Negara, mendorong penggunaan model Pentahelix yang melibatkan elemen Academics (A), Government (G), Business (B), Community (C), dan Media (M) atau disingkat AGBCM.

Penggunaan model Pentahelix ini juga diharapkan dapat meningkatkan rasa kebersamaan segenap bangsa dan warga negara melalui Aksi Nasional Bela Negara.

Dalam praktiknya, hal ini merupakan smart power sebagai perwujudan aksi Bela Negara yang berbasis budaya dan kearifan lokal melalui penerapan skill, strategy, system, dan structure dalam mencapai target, yaitu kesejahteraan rakyat.

Tujuan sinergi adalah memengaruhi perilaku orang secara individu maupun kelompok untuk saling berhubungan, melalui dialog kontruktif untuk keberhasilan bersama.

Sinergi adalah saling mengisi dan melengkapi perbedaan untuk mencapai hasil yang lebih besar daripada jumlah bagian per bagian.

Ber-sinergi berarti saling menghargai perbedaan ide, pendapat dan bersedia saling berbagi. Ber-sinergi tidak mementingkan diri sendiri, namun berpikir menang-menang dan tidak ada pihak yang dirugikan atau merasa dirugikan.

Ber-sinergi bertujuan memadukan bagian-bagian terpisah. Sinergi adalah hasil lebih besar yang didapatkan dalam sebuah kerja sama.

Grak Ompimpah

Singkatan dari Gerakan orang Cimahi memilah sampah, adalah contoh program kolaborasi dari Pemkot Cimahi dengan melibatkan unsur akademisi, komunitas, media dan bisnis dalam upaya mengubah paradigma pengelolaan sampah dari “Kumpul-Angkut-Buang” perlahan diubah menjadi paradigma “Pilah-Kumpul-Jual”.

Unsur pemerintah, dengan leading sektornya Dinas Lingkungan Hidup diharapkan memiliki komitmen dan kebijakan yang kuat untuk melakukan gerakan kolaborasi dengan melibatkan komponen strategis lainnya dengan penawaran program yang jelas dan terpadu.

Unsur akademisi, dengan kepakarannya diharapkan dapat memberikan terobosan yang inovatif, kajian aplikatif termasuk turut terlibat sebagai relawan dalam mewujudkan program pengelolaan sampah yang bermanfaat.

Unsur pelaku bisnis, terutama bisnis yang banyak menghasilkan sampah perlu kita dorong agar mau menjalankan bisnis dengan konsep industry hijau, tata Kelola bisnis yang efisien dan meminimalkan limbah yang dihasilkan dan support program melalui CSR.

Unsur media diharapkan mampu menebar virus bela negara melalui informasi dan edukasi termasuk dalam membangun kesadaran bahwa sampah adalah tanggung jawab pribadi, bukan tanggung jawab orang lain. Dan memberitakan kebaikan dan inspirasi positif terkait merawat alam dan lingkungan.

Unsur komunitas, yang hadir di tengah-tengah kampus dan masyarakat memiliki peran penting sebagai promotor untuk turut menebar virus bela negara dalam upaya mengubah paradigma pengelolaan sampah dari “Kumpul-Angkut-Buang” menjadi paradigma “Pilah-Kumpul-Jual”.

Keberhasilan sinergi pentahelix akan berhasil optimal jika kita semua mau dan mampu berkolaborasi, terlebih unsur pemerintah mampu merangkul segenap elemen pentahelix lainnya bukan sebagai sub ordinasi dan objek semata.

Namun sebagai mitra kreatif dan kontruktif bagi turut tercapainya gerakan dan aksi kolaborasi bela negara melawan kerusakan alam dari limpahan sampah yang tidak terkelola. Semoga!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com