Ciri khas Suku Samin antara lain tidak boleh mendidik dalam pendidikan formal, tidak boleh bercelana panjang, tidak boleh berpeci, tidak diperbolehkan berdagang, dan tidak diperbolehkan beristri lebih dari satu.
Selain itu, masih banyak pula anggota suku yang tidak mencatatkan perkawinan karena dulu Samin Surosentiko juga tak melakukannya.
Sementara dalam bersikap kepada lingkungan, masyarakat Samin juga memiliki kearifan lokal dengan melihat alam sebagai pemberi penghidupan.
Hal ini tak lepas dari pandangan masyarakat Samin bahwa alam identik dengan ibu (biyung) sehingga harus dihormati.
Oleh sebab itu dalam memanfaatkan kekayaan alam, masyarakat Samin hanya akan mengambil seperlunya saja.
Dalam segi kepercayaan, masyarakat Samin dikenal memeluk agama Adam dengan bentuk ritual sembahyang yang dilakukan pada setiap pagi dan menjelang senja.
Masyarakat Samin juga memiliki rumah adat bernama Rumah Bekuk Lulang dan senjata tradisional yaitu keris.
Ajaran Samin atau Saminisme berkembang dari konsep penolakan terhadap budaya kolonial dan kapitalisme yang muncul pada masa penjajahan.
Saminisme juga dikenal memiliki prinsip yang terdiri dari pedoman, tuntunan, dan larangan bagi masyarakat Samin.
Pedoman dalam Ajaran Samin dikenal sebagai Kitab Kalimosodo yang terdiri dari Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasejaten, Serat Uri-uri Pambudi, Serat Jati Sawit, dan Serat Lampahing Urip.
Sementara enam prinsip dasar Ajaran Samin yang menjadi tuntunan dalam beretika berupa pantangan meliputi:
1. Drengki (membuat fitnah)
2. Srei (serakah)
3. Panasten (mudah tersinggung atau membenci sesama)
4. Dawen (mendakwa tanpa bukti)
5. Kemeren (iri hati, keinginan untuk memiliki barang yang dimiliki orang lain)
6. Nyiyo Marang Sepodo (berbuat nista terhadap sesama)
Sedangkan lima pantangan dasar Ajaran Samin dalam berinteraksi meliputi:
1. Bedok (menuduh)
2. Colong (mencuri)
3. Pethil (mengambil barang yang masih menyatu dengan alam atau masih melekat dengan sumber kehidupannya)
4. Jumput (mengambil barang yang telah menjadi komoditas di pasar)
5. Nemu Wae Ora Keno (pantangan menemukan barang)
Masyarakat Samin juga memegang teguh prinsip terhadap sesama yaitu bejok reyot iku dulure, waton menungso tur gelem di ndaku sedulur atau tidak boleh menyia-nyiakan orang lain, cacat seperti apapun, asal manusia adalah saudara jika mau dijadikan saudara.
Sumber:
petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id
bojonegorokab.go.id
blog.unnes.ac.id
travel.kompas.com (Kistin Septiyani, Ni Nyoman Wira Widyanti)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.