Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Sragen Banting Harga Jual Sapi Gara-gara Terjangkit Gejala LSD, Muncul Benjol-benjol Sekujur Tubuh

Kompas.com - 13/01/2023, 15:59 WIB
Fristin Intan Sulistyowati,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Sejumlah sapi di Kelurahan Paleman, Kecamatan Gemolong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, terserang virus Lumpy Skin Disease (LSD).

Mengakibatkan kulit sapi bentol-bentol, gatal, bernanah dan kaki bengkak. Kondisi ini, disadari warga sekitar 2 minggu lalu.

"Awalnya bintik-bintik di leher. Semakin hari semakin banyak benjolan sekujur tubuh sapi. Nafsu makan juga hilang," kata warga Paleman, Pardi (55), saat ditemui, Jumat (13/1/2023).

Baca juga: Kasus LSD Sapi Ditemukan di Salatiga, Peternak Diminta Waspada

Karena resah, ia mengaku sempat memangil dokter hewan untuk melakukan pengecekan pada sapi. Setelah beberapa hari, sapi sempat mulai meningkat nafsu makannya.

Akan tetapi, karena panik dan tidak ingin merugi. Dirinya memilih untuk menjual sapi Limosin dengan harga murah.

"Sepat diobati, sudah ada reaksi sudah bisa berdiri mau makam. Tapi ini sudah saya jual, tidak mau ambil resiko, jadi saya jual hidup. Kan bisanya harganya Rp 15 Juta, cuma dihargai Rp 4 juta saja," katanya sambil mengelus dada.

Hal serupa, juga dirasakan Sajimin (67), saat ditemui dirinya masih merasa kecewa, lantaran sapi yang hampir empat bulan ia pelihara terkena virus LSD, dan terpaksa dijual.

"Disuntik dua kali tidak ada perkembangan. Sapinya sudah saya jual kena Rp 8 juta, padahal harga normal Rp 20 juta. Kulitnya benjol-benjol," kata Sarjiman, saat berada disamping bekas kandang sapinya.

Raut wajah sedih juga ditujukan, Wagiyah (63), yang menceritakan sapi miliknya terkena penyakit LSD itu.

Baca juga: Ternak di Sleman Terjangkit LSD, Bupati Minta Biosecurity Ditingkatkan

"Ya bagaimana empat tahun dipelihara. Tiba-tiba muncul bentol-bentol, sampai bentol-bentol pecah keluar air," ujarnya saat ditemui dirumahnya.

Karena bingung dan takut sapinya mati. Ia mengaku terpaksa menjual sapi miliknya itu.

"Cuma punya satu sapi ini, lihat kondisinya gitu langsung saya jual jadi Rp 7 Juta," ucapnya.

Berbeda dengan lainnya, Maryah (42), mengatakan gejala-gejala LSD pada sapinya baru ia sadari pada Kamis (12/1/2022).

Baca juga: Ternak yang Pernah Kena PMK Rawan Tertular Penyakit Kulit LSD, Pemprov Jateng Minta Peternak Waspada

"Kemarin baru muncul bentol-bentolnya. Ini kakinya bengkak. Nafsu makan mulai turun," jelasnya saat menujukan sapi miliknya yang bentol-bentol, Jumat (13/1/2023).

Melihat kondisi sapinya, Maryah mengaku berfikiran akan menjual sapinya jika kondisi sapinya tak kunjung membaik.

Sementara itu, Kepala Desa Paleman, Rajimin mengatakan pihak desa baru mendapatkan laporan masyarakat setelah sapinya terlanjur dijual. Untuk itu, langkah yang diambil untuk sementara ini langsung melaporkan ke Dinas Peternakan Kabupaten Sragen.

"Baru mendapatkan laporan soal itu (terjangkit LSD). Tapi sapi sudah dijual para warga dengan gejala sakit beberapa hari bentol-bentol, kemudian lumpuh tidak mau makan. Efeknya kerugian material banyak karena dijual tidak dengan harga pasar," ucap Rajimin saat di kantor dinasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NUSANTARA] Pensiunan PNS Tiba-tiba Jadi WN Malaysia | Kerangka Manusia Berpeci di Gunung Slamet

[POPULER NUSANTARA] Pensiunan PNS Tiba-tiba Jadi WN Malaysia | Kerangka Manusia Berpeci di Gunung Slamet

Regional
Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Regional
Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Regional
Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Regional
Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Regional
Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Regional
Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Regional
Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Regional
4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

Regional
Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Regional
Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com