Salin Artikel

Cerita Warga Sragen Banting Harga Jual Sapi Gara-gara Terjangkit Gejala LSD, Muncul Benjol-benjol Sekujur Tubuh

Mengakibatkan kulit sapi bentol-bentol, gatal, bernanah dan kaki bengkak. Kondisi ini, disadari warga sekitar 2 minggu lalu.

"Awalnya bintik-bintik di leher. Semakin hari semakin banyak benjolan sekujur tubuh sapi. Nafsu makan juga hilang," kata warga Paleman, Pardi (55), saat ditemui, Jumat (13/1/2023).

Karena resah, ia mengaku sempat memangil dokter hewan untuk melakukan pengecekan pada sapi. Setelah beberapa hari, sapi sempat mulai meningkat nafsu makannya.

Akan tetapi, karena panik dan tidak ingin merugi. Dirinya memilih untuk menjual sapi Limosin dengan harga murah.

"Sepat diobati, sudah ada reaksi sudah bisa berdiri mau makam. Tapi ini sudah saya jual, tidak mau ambil resiko, jadi saya jual hidup. Kan bisanya harganya Rp 15 Juta, cuma dihargai Rp 4 juta saja," katanya sambil mengelus dada.

Hal serupa, juga dirasakan Sajimin (67), saat ditemui dirinya masih merasa kecewa, lantaran sapi yang hampir empat bulan ia pelihara terkena virus LSD, dan terpaksa dijual.

"Disuntik dua kali tidak ada perkembangan. Sapinya sudah saya jual kena Rp 8 juta, padahal harga normal Rp 20 juta. Kulitnya benjol-benjol," kata Sarjiman, saat berada disamping bekas kandang sapinya.

Raut wajah sedih juga ditujukan, Wagiyah (63), yang menceritakan sapi miliknya terkena penyakit LSD itu.

"Ya bagaimana empat tahun dipelihara. Tiba-tiba muncul bentol-bentol, sampai bentol-bentol pecah keluar air," ujarnya saat ditemui dirumahnya.

Karena bingung dan takut sapinya mati. Ia mengaku terpaksa menjual sapi miliknya itu.

"Cuma punya satu sapi ini, lihat kondisinya gitu langsung saya jual jadi Rp 7 Juta," ucapnya.

Berbeda dengan lainnya, Maryah (42), mengatakan gejala-gejala LSD pada sapinya baru ia sadari pada Kamis (12/1/2022).

"Kemarin baru muncul bentol-bentolnya. Ini kakinya bengkak. Nafsu makan mulai turun," jelasnya saat menujukan sapi miliknya yang bentol-bentol, Jumat (13/1/2023).

Melihat kondisi sapinya, Maryah mengaku berfikiran akan menjual sapinya jika kondisi sapinya tak kunjung membaik.

Sementara itu, Kepala Desa Paleman, Rajimin mengatakan pihak desa baru mendapatkan laporan masyarakat setelah sapinya terlanjur dijual. Untuk itu, langkah yang diambil untuk sementara ini langsung melaporkan ke Dinas Peternakan Kabupaten Sragen.

"Baru mendapatkan laporan soal itu (terjangkit LSD). Tapi sapi sudah dijual para warga dengan gejala sakit beberapa hari bentol-bentol, kemudian lumpuh tidak mau makan. Efeknya kerugian material banyak karena dijual tidak dengan harga pasar," ucap Rajimin saat di kantor dinasnya.

https://regional.kompas.com/read/2023/01/13/155927678/cerita-warga-sragen-banting-harga-jual-sapi-gara-gara-terjangkit-gejala-lsd

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke