Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyala Asa Petani Garam Kusamba yang Hampir Punah

Kompas.com - 25/12/2022, 05:58 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Pasir yang berada di belong bias kemudian disiram lagi menggunakan air laut Kusamba dan tersaring menjadi air garam pertama, proses penyaringan ini dilakukan 3-4 kali hingga menghasilkan air garam murni yang ditampung di bak berbeda bernama belong yeh.

Air garam murni ini nantinya akan dijemur mengandalkan panas matahari. Air garam murni itu dijemur menggunakan bak kecil buatan dengan daya tampung yang dangkal.

Sementara teknik tradisional khas para petani Kusamba, mereka menjemur di batang pohon kelapa yang dibelah dua dan dibentuk kubangan dangkal di bagian tengahnya.

"Hasilnya tentu beda. Yang kita jemur di batang pohon kelapa itu yang kualitasnya bagus. Yang banyak dicari yang tradisional. Karena tidak ada kandungan apa-apa. Kalau garam tradisional walaupun kebanyakan garam tidak akan sampai pahit, tapi cuma keasinan saja," paparnya.

Selain sebagai bumbu dapur, garam Kusamba juga sangat baik untuk perawatan tubuh. Dari hasil uji klinis, garam Kusamba mengandung 80 mineral alami.

Garam ini sering kali dijadikan produk kecantikan jenis bath salt. Bath salt atau garam mandi ini sangat baik digunakan untuk tujuan relaksasi. Bath salt yang dicampurkan pada air saat mandi dapat menghilangkan stres hingga meredakan pegal-pegal di tubuh.

Populasi Petani Garam Hampir Punah

Jika menengok sejarah, masyarakat di hampir sepanjang pantai Kusamba ini berprofesi sebagai petani garam yang mempertahankan cita rasa khas Desa Kusamba dari turun temurun.

Ironinya, regenerasi petani garam tidak berlanjut seiring anjloknya harga garam yang tak menentu. Padahal, kualitas garam Kusamba ini memiliki nilai jual sampai mancanegara.

"Kalau dulu sepanjang pesisir ini petani garam semua. Sekarang bisa dihitung jari. Totalnya cuma ada 17 petani garam di Kusamba," kata I Wayan.

Kebutuhan ekonomi masyarakat pesisir Kusamba menjadi alasan mengapa satu persatu orangtua mereka menyarankan agar anaknya merantau ke kota demi ekonomi yang lebih baik.

"Garam yang kotor itu terjual dengan harga Rp 1.500 per kilogram. Itu biasanya untuk pakan ternak. Sedangkan garam yang bersih (berkualitas) cuma Rp 4000 per kilogram," ungkapnya.

Murahnya harga garam itu menurutnya tidak sebanding dengan keringat dan tenaga yang dikeluarkan. Sebab rata-rata penghasilan dalam satu hari para petani hanya bisa memproduksi sebanyak 25 kilogram garam bersih.

"Oleh karenanya, kita tahan jika harga jualnya cuma Rp 4000. Ekonomi petani garam bisa stabil jika harga garam di angka Rp 10.000 per kilogram," kata Ketut.

Tingkatkan Produksi dengan Bangun Tunnel

Foto: Aktivitas kelompok petani garam Kusamba di Bali yang kini terancam punah, Selasa (20/12/2022).KOMPAS.com/BAGUS PUJI PANUNTUN Foto: Aktivitas kelompok petani garam Kusamba di Bali yang kini terancam punah, Selasa (20/12/2022).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Oknum Dosen di Palopo Dipecat karena Diduga Lecehkan Mahasiswi

Oknum Dosen di Palopo Dipecat karena Diduga Lecehkan Mahasiswi

Regional
Sakau, Penumpang Speed Boat dari Malaysia Diamankan, Ditemukan 142 Gram Sabu-sabu

Sakau, Penumpang Speed Boat dari Malaysia Diamankan, Ditemukan 142 Gram Sabu-sabu

Regional
TNI AL Tangkap Penumpang 'Speedboat' dari Malaysia Saat Sakau

TNI AL Tangkap Penumpang "Speedboat" dari Malaysia Saat Sakau

Regional
Kakak Kelas Diduga Setrika Dada Juniornya di Semarang Diduga karena Masalah Salaman

Kakak Kelas Diduga Setrika Dada Juniornya di Semarang Diduga karena Masalah Salaman

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Siang Ini Cerah

Regional
[POPULER REGIONAL] Soal Dugaan BAP 8 Pembunuh Vina Dirubah | Bobby Sentil Anggota Dishub Medan

[POPULER REGIONAL] Soal Dugaan BAP 8 Pembunuh Vina Dirubah | Bobby Sentil Anggota Dishub Medan

Regional
Tak Ada Petahana, PKB Optimistis Gus Yusuf Bisa Menang Pilkada Jateng

Tak Ada Petahana, PKB Optimistis Gus Yusuf Bisa Menang Pilkada Jateng

Regional
Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Regional
Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Regional
Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Regional
Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Regional
Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Regional
Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Regional
9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

Regional
Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com