Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alih Fungsi Lahan Pertanian Jadi Tambang Emas, Jambi Defisit Beras

Kompas.com - 13/12/2022, 12:59 WIB
Suwandi,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

JAMBI, KOMPAS.com - Selama satu dekade, Jambi telah kehilangan hampir 80 persen lahan pertanian. Banyak lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi penambangan emas ilegalnya, sebelumnya dibuat perkebunan sawit.

Hal ini disampaikan Khairul Asrori Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Provinsi Jambi.

Alih fungsi lahan pertanian menjadi penambangan emas ilegal berdampak serius. Buktinya, kebutuhan beras di Jambi selalu mengalami defisit lebih dari 40 persen selama bertahun-tahun.

Kebutuhan beras di Jambi dari jumlah penduduk sekitar 3.677.678 jiwa sebanyak 89,7 kilogram/kapita/tahun atau sekitar 329.888 ton. Sedangkan produksi gabah kering giling (GKG) tahun lalu, hanya 298.149 ton. Apabila dikonversi ke beras sekitar 193.797 ton.

Baca juga: Dampak Penambangan Emas Ilegal, Kandungan Merkuri di Sungai Batanghari Jambi di Atas Ambang Batas

Khairul mengatakan, produksi padi saat ini terus mengalami penurunan seiring dengan penyusutan luas lahan pertanian.

Produksi padi pada 2019 lalu sekitar 309.933 ton. Angka ini sempat melonjak pada tahun berikutnya menjadi 386.413 ton. Tahun selanjutnya secara beruntut melorot ke angka 298.149 hektar dan terus melandai pada 2022 dengan angka sekitar 289.277 ton.

Untuk mengantisipasi kehilangan lahan pangan, pemerintah telah membentuk peraturan daerah dengan menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B). Selanjutnya disusun peta lahan sawah dilindungi (LSD).

Sebab sawah-sawah yang termasuk di LP2B ada yang beralih fungsi menjadi tambang emas di Kabupaten Sarolangun, Merangin, Bungo dan Tebo.

Setelah rampung dipetakan oleh Kementrian ATR/BPN, maka sawah di Jambi dapat dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan pangan daerah dan mengamankan ketersediaan pangan secara nasional.

“Jadi sawah-sawah yang potensial itu nantinya akan dilindungi seperti halnya hutan lindung. Tidak boleh sampai beralih fungsi baik untuk perkebunan, pemukiman maupun penambangan emas,” kata Khairul.

Kondisi pertanian saat ini amat memprihatinkan, kata Khairul. Selain ancaman alih fungsi lahan, terputusnya regenerasi petani dan hak-hak petani melemah.

Kemudian adanya stigma di masyarakat, jika petani itu kuno dan miskin, membuat anak muda enggan menggeluti pertanian.

“Kita semua tahu, setiap orang butuh makan. Makanan lezat tidak akan terhidang ke meja, jika tidak ada petani yang bekerja. Tetapi hak-hak petani terabaikan,” kata Khairul.

Baca juga: Masifnya Tambang Emas Ilegal di Jambi, Sawah Rusak, Petani Terpaksa Jadi Buruh Penambang

Selama ini, untuk mendorong petani tetap bertahan, pemerintah telah memberikan bantuan bibit, pupuk subsidi dan penanganan hama.

Sebagai komoditas yang diatur penjualannya di pasaran, memang petani tidak mendapatkan keuntungan banyak. Sehingga profesi petani rawan ditinggalkan, untuk mencari sumber ekonomi yang lebih baik.

“Tentu secara ekonomi padi itu sangat rendah, apabila dibandingkan dengan sawit dan karet. Belakangan yang menjadi primadona orang bongkar sawah, ya karena harga emas tinggi, jauh lebih mahal ketimbang beras. Ini juga menjadi persoalan serius bagi petani dan ketahanan pangan,” kata Khairul.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Regional
Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Regional
Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Regional
Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Regional
Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Regional
4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

Regional
Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Regional
Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Regional
Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Regional
2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

Regional
HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

Kilas Daerah
Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Regional
Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Regional
Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com