Terdapat 50 siswa yang menuntut ilmu di Sekolah Pelita Harapan Mokondoma, Para siswa itu berasal dari Mokondoma dan kampung di sekitarnya.
Bahkan, ada siswa yang datang dari kampung terjauh untuk menyekolahkan anak mereka di Mokondoma.
Selama setahun ini, 50 siswa itu dibagi dalam tiga kelas, taman kanak-kanak sebanyak 19 siswa, kelas satu SD sebanyak 19 siswa, dan kelas II SD diisi 12 siswa.
Andi tak sendirian mengajar tiga kelas itu. Ia dibantu dua guru yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT).
Andi yang merupakan kepala sekolah juga ikut mengajar seperti biasa. Aktivitas belajar mengajar dimulai dari Senin hingga Jumat. Anak-anak di kampung itu diajarkan tentang huruf, angka, dan pelajaran untuk mengembangkan kepribadian siswa.
Baca juga: 3 Provinsi Baru di Papua Diresmikan, Pengamat Sebut 3 Pj Gubernur Bebas Tekanan Politik
"Tong ajarkan dong pertama kali kenal huruf. Itu semua pohon-pohon dong ukir dengan huruf-huruf. Belum ada buku," ucap Pak Guru yang berasal dari Kampung Sor, Distrik Yawosi, Biak Utara ini.
Ada banyak cerita unik yang ditemukan Andi selama mengajar anak-anak Kampung Mokondoma. Salah satunya, siswa yang terpaksa menyambung pensil yang sudah pendek.
Siswa itu menyambung pensil dengan kayu lalu mengikatnya agar tetap bisa dipakai menulis.
Pensil yang digunakan para siswa memang dihemat. Pensil yang diberikan kepada setiap siswa akan digunakan selama beberapa bulan ke depan karena butuh waktu lama untuk membeli logistik di luar kampung.
Salah satu siswa bernama Tim, kata Andi, terpaksa menyambung pensil itu agar tetap panjang. Pensil itu diberikan Andi sekitar tujuh bulan lalu.