Saat membagikan pensil, Andi berpesan agar siswa berhemat karena butuh waktu lama membeli peralatan tulis ke kota.
Penerbangan menuju Mokondoma pun terbatas, bisa tiga sampai enam bulan sekali.
Saat Andi meminta para siswa mengeluarkan buku dan pensil, ia melihat Tim mengeluarkan pensil yang disambung.
"Tim mengeluarkan pensil telah diikat dengan lapisan kayu-kayu kecil agar tetap panjang dan bisa digunakan," kata Andi.
Baca juga: Provinsi Baru di Papua Berdasarkan Wilayah Adat, Akademisi: Pelayanan Harus Berbasis Kearifan Lokal
Andi mengakui, skill itu tak dimiliki para siswa yang tinggal di perkotaan. Para siswa di Sekolah Pelita Harapan Mokondoma, kata Andi, selalu bersyukur saat mendapat pemberian dari guru, seperti pensil itu.
"Saya akan simpan pensil ini, untuk mengingat perjuangan kalian di suku ini," ucapnya sambil menunjukkan video pembuatan pensil yang dilakukan oleh salah satu siswa tersebut.
Meski sekolah yang dibukanya berada di bawah naungan Yayasan Pelita Harapan Papua, Andi berharap pemerintah daerah memberikan bantuan demi pendidikan anak-anak di pedalaman Papua.
"Saya berharap, pemerintah daerah, melalui dinas terkait bisa memberikan perhatian terhadap sekolah di Mokondoma yang sudah setahun lebih kita buka ini," kata Andi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.