Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Danrem Lihat Pesawat Komersil Angkut Bahan Makanan ke Wilayah yang Dihuni KKB...

Kompas.com - 05/11/2022, 14:38 WIB
Dhias Suwandi,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

JAYAPURA, KOMPAS.com - Komandan Korem (Danrem) 172/PWY Brigjen J.O Sembiring mencurigai adanya aktivitas penerbangan ke Kampung Kukihil, Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

Lokasi tersebut diduga kuat dihuni oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Baca juga: Mimpi Warga Kiwirok Papua Ingin Rayakan Natal di Kampung Halaman Pasca-konflik

Hal ini ia ketahui setelah dirinya mendapat laporan dari jajaran.

Danrem juga menyaksikan langsung sebuah pesawat mendarat di lokasi yang dimaksud ketika mendatangi Distrik Kiwirok, pada Kamis (3/11/2022).

“Saya sempat memimpin langsung patroli disana. Pada pukul 07.00 WIT saya melihat ada pesawat komersil membawa bahan makanan di sana. Padahal daerah itu dihuni oleh kelompok KKB,” ujar Danrem yang akrab disapa Jo, melalui keterangan tertulis, Sabtu (5/11/2022).

Baca juga: Kisah 12 Polisi Berjalan 30 Jam Melewati Pegunungan Papua demi Menyelamatkan Kiwirok

Sementara aktivitas di Kampung Kiwirok yang merupakan ibu kota dari Distrik Kiwirok tetap lumpuh karena warganya masih mengungsi di Distrik Oksibil.

Kekosongan di Kampung Kiwirok dikarenakan ulah KKB yang menyerang dan membakar sejumlah fasilitas umum di wilayah tersebut pada September 2021.

 

Jo menegaskan, setelah kejadian pada tahun lalu tersebut, aparat kesulitan menyewa pesawat komersial untuk terbang ke Kiwirok.

Tetapi ia heran mengapa justru ada penerbangan ke Kampung Kukihil yang fasilitas lapangan terbangnya kurang bagus dibandingkan dengan yang ada di Kiwirok.

“Kenapa TNI/Polri meminta pesawat komersil masuk pihak maskapai enggan melayani karena alasan keamanan. Nah saya lihat sendiri mereka mendarat di Kampung Kukihil. Dari laporan anggota kami ini bukan pertama kali, tangga 17 Oktober lalu ada, bulan Juli ada dan bulan Mei juga ada. Berarti pesawat ini kerap medarat di Kukihil," tutur Jo.

Baca juga: Harapan Warga Kiwirok yang Setahun Tinggalkan Kampung Halaman karena Serangan KKB

Ia mengaku sudah sempat menanyakan hal tersebut kepada Bupati Pegunungan Bintang dan diketahui dari pemerintah daerah hanya satu kali menyewa pesawat untuk terbang ke Kampung Kukihil untuk mengirim obat-obatan.

"Lalu kami selidiki pesawat itu di-carter oleh masyarakat. Ada kejanggalan disini, kenapa pesawat komersil tidak berani masuk dan mendarat di bandara utama Kiwirok, di situ bandaranya bagus dan dijaga lengkap oleh personwl TNI-Polri. Sedangkan di Kukihil anggota kami tidak ada, tetapi pesawat komersil itu mendarat di sana,” kata dia.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Sulteng, Sultra, Maluku, Malut, Papua, dan Papua Barat 4 November 2022

Karenanya Jo menduga masuknya penerbangan ke Kampung Kukihil dikondisikan oleh oknum tertentu guna memasok bahan makanan untuk KKB pimpinan Lamek Taplo.

“Kami akan segera mengambil langkah tegas bersama Polri, nanti kita akan dalami siapa yang mengirim pesawat caravan itu ke sana. Ini kita lalukan untuk memutus mata rantai suplai logistik untuk kelompok KKB Lamek Taplo di Kwirok,” tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Hakim Bebaskan Tersangka Kasus Mafia Tanah yang Ditangkap di Bandara Pangkalpinang

Hakim Bebaskan Tersangka Kasus Mafia Tanah yang Ditangkap di Bandara Pangkalpinang

Regional
Pilkada Semarang, PDI-P Buka Peluang Berkoalisi dengan Gerindra

Pilkada Semarang, PDI-P Buka Peluang Berkoalisi dengan Gerindra

Regional
Temukan Mayat Tanpa Identitas di Hutan Kateri Malaka

Temukan Mayat Tanpa Identitas di Hutan Kateri Malaka

Regional
Puluhan Balita Diduga Keracunan Usai Konsumsi Bubur PMT, Dinas PPKB Majene Beri Penjelasan

Puluhan Balita Diduga Keracunan Usai Konsumsi Bubur PMT, Dinas PPKB Majene Beri Penjelasan

Regional
Berdalih Berikan Edukasi, Ayah Perkosa Anak Kandung di Serang Banten

Berdalih Berikan Edukasi, Ayah Perkosa Anak Kandung di Serang Banten

Regional
20 Babi di Lembata Mati Mendadak dalam 2 Pekan Diduga Akibat ASF

20 Babi di Lembata Mati Mendadak dalam 2 Pekan Diduga Akibat ASF

Regional
Pj Bupati Tangerang: Kolaborasi dan Sinergi Jadi Kunci Layanan Terbaik bagi Masyarakat

Pj Bupati Tangerang: Kolaborasi dan Sinergi Jadi Kunci Layanan Terbaik bagi Masyarakat

Regional
Satu Pasien di Pelosok Manggarai Timur NTT Meninggal saat Ditandu Lewati Jalan Tanah ke Puskesmas

Satu Pasien di Pelosok Manggarai Timur NTT Meninggal saat Ditandu Lewati Jalan Tanah ke Puskesmas

Regional
Nekat Pulang dari RS demi Ikut UTBK di Unsoed, Nayla Kerjakan Soal dari Dalam Mobil

Nekat Pulang dari RS demi Ikut UTBK di Unsoed, Nayla Kerjakan Soal dari Dalam Mobil

Regional
Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Bakal Berkoalisi dengan Partai Pendukung Prabowo-Gibran

Maju sebagai Cagub Jateng, Sudaryono Bakal Berkoalisi dengan Partai Pendukung Prabowo-Gibran

Regional
4 Tahun Cabuli Anak Tirinya, Pria di Wonogiri Ditangkap Polisi

4 Tahun Cabuli Anak Tirinya, Pria di Wonogiri Ditangkap Polisi

Regional
Kronologi Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali, Berawal dari Hubungan Sesama Jenis

Kronologi Pembunuhan Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali, Berawal dari Hubungan Sesama Jenis

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik Putus Akses Padang-Solok, Lalin Macet Parah

Longsor di Sitinjau Lauik Putus Akses Padang-Solok, Lalin Macet Parah

Regional
Gunung Ile Lewotolok Kembali Meletus, Desa Waowala Dilanda Hujan Abu

Gunung Ile Lewotolok Kembali Meletus, Desa Waowala Dilanda Hujan Abu

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik Sumbar, 2 Kendaraan Tertimbun

Longsor di Sitinjau Lauik Sumbar, 2 Kendaraan Tertimbun

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com