Menurut Budi, banjir sudah dirasakan warga selama bertahun–tahun. Kondisi ini sangat berdampak kepada ekonomi warga, khususnya dalam bidang pertanian.
Seperti hasil panen padi warga tidak lagi melimpah seperti dulu.
"Banjir ini sudah lima tahun terakhir terus terjadi. Bukan tahun ini saja. Harus ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan mencari solusi. Pertanian kami terendam, mau distribusi hasil kebun juga sangat sulit. Sangat besar dampaknya," ungkap Budi.
Sementara itu, Budi mengimbau warganya untuk selalu berhati–hati saat beraktivitas di tengah banjir. Sebab, dikhawatirkan terjadi serangan buaya terhadap manusia.
"Sudah ada laporan warga yang lihat buaya di dusun empat, dan sudah saya tindaklanjuti dengan melapor ke Damkar (Pemadam Kebakaran). Jadi, warga kita minta waspada," sebut Budi.
Selain di Desa Kuala Sebatu, banjir juga merendam permukiman warga Desa Pasir Emas Kecamatan Batang Tuaka dan Desa Sialang Panjang, Kecamatan Tembilahan Hulu. Ada ratusan rumah warga yang terdampak.
Banjir ini tidak serta merta terjadi karena curah hujan tinggi atau meluapnya Sungai Batang Tuaka.
Namun, aktivitas pembuangan limbah dari perusahaan sawit yang berada di wilayah tersebut diduga turut memperparah kondisi banjir selama ini.
Perusahaan sawit itu diduga telah membuat kerusakan lingkungan.
Dimana limpahan air areal perusahaan mengalir ke Desa Kuala Sebatu, serta sejumlah desa yang berbatasan langsung dengan kawasan industri perusahan tersebut. Seperti Desa Pasir Emas dan Desa Sialang Panjang.
Ketua Aliansi Pemuda dan masyarakat Desa Kuala Sebatu, Hasanuddin mengaku, menyaksikan sendiri lebih dari 10 kanal perusahaan itu tembus ke Desa Kuala Sebatu.
"Pembuangan perusahaan ini tidak ada ke lain tempat. Hanya kepada kami. Pembuangan di desa kami itu buntu. Selain buntu, hanya ada satu pembuangannya di simpang parit 1 Sialang Panjang," kata Hasanuddin kepada wartawan, Selasa.
Ia meminta agar perusahaan tidak mengalirkan air ke arah Desa Kuala Sebatu dan Pasir Emas atau diminta membuat kanal gajah.
Selain itu, kata dia, apabila terjadi luapan air, pihak perusahaan tidak membuka pintu tanggul, serta melakukan normalisasi dan perawatan sungai dari Desa Kuala Sebatu sampai ke Desa Sungai Raya.
"Akibat banjir ini, di Kecamatan Batang Tuaka hampir 1.500 petani kehilangan mata pencaharian akibat lahan pertanian mereka rusak parah, bahkan tidak produktif lagi untuk dikelola," sebut Hasanuddin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.