Salin Artikel

Saat Anak-Anak di Riau Terjang Banjir ke Sekolah, Takut tapi Ingin Belajar

PEKANBARU, KOMPAS.com - Banjir  melanda permukiman warga Desa Kuala Sebatu, Kecamatan Batang Tuaka, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, Selasa (1/11/2022).

Genangan banjir ini tidak menyurutkan semangat anak–anak setempat untuk pergi menuntut ilmu ke sekolah.

Ketinggian banjir yang mereka terjang sekitar 60 sentimeter. Meski takut, anak-anak ini tetap melintasi jalan poros desa yang direndam banjir.

Anak-anak menerjang banjir, dengan menenteng sepatu dan bertelanjang kaki serta menyingsingkan celana agar tidak basah.

Pergi dan pulang sekolah, mereka tetap menerjang genangan air itu. Ada yang jalan sendiri, tapi ada juga yang diantar orangtua mereka.

Mereka juga harus waspada terhadap buaya. Karena, permukiman yang direndam banjir ini dekat dengan Sungai Batang Tuaka, yang merupakan habitat buaya.

Namun, rasa ketakutan itu harus mereka lawan agar dapat menimbah ilmu di sekolahnya.

Kepala Desa (Kades) Kuala Sebatu Ns Budi Wibowo mengatakan, hampir seluruh anak–anak sekolah di Kuala Sebatu terdampak banjir. 

"Saat ini warga yang terdampak banjir masih bisa beraktivitas. Anak-anak tetap semangat ke sekolah meski menerjang banjir. Karena sudah terbiasa makanya mereka berani," ujar Budi saat diwawancarai wartawan di Inhil, Selasa.

Budi menyebutkan, sejauh ini hanya satu dusun yang anak-anak sekolahnya terpaksa diliburkan, karena terdampak banjir cukup parah, yakni Dusun Tasik Pilang.

"Anak-anak sekolah di Dusun Tasik Pilang diliburkan sementara. Karena kondisi banjir, tidak memungkinkan mereka pergi sekolah," sebut Budi.

Budi menjelaskan, curah hujan yang tinggi dalam beberapa bulan terakhir membuat puluhan rumah di Desa Kuala Sebatu terendam banjir.

Apalagi, dalam sepekan terakhir dusun tersebut selalu diguyur hujan lebat sehingga debit air sungai meningkat hingga meluap ke permukiman warga.

"Warga yang terdampak banjir sekitar 2.000 lebih di empat dusun di Desa Kuala Sebatu," sebut Budi.

Dia mengaku sudah koordinasi dengan Dinas sosial untuk penyaluran bantuan makanan.

Menurut Budi, banjir sudah dirasakan warga selama bertahun–tahun. Kondisi ini sangat berdampak kepada ekonomi warga, khususnya dalam bidang pertanian.

Seperti hasil panen padi warga tidak lagi melimpah seperti dulu.

"Banjir ini sudah lima tahun terakhir terus terjadi. Bukan tahun ini saja. Harus ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan mencari solusi. Pertanian kami terendam, mau distribusi hasil kebun juga sangat sulit. Sangat besar dampaknya," ungkap Budi.

Sementara itu, Budi mengimbau warganya untuk selalu berhati–hati saat beraktivitas di tengah banjir. Sebab, dikhawatirkan terjadi serangan buaya terhadap manusia.

"Sudah ada laporan warga yang lihat buaya di dusun empat, dan sudah saya tindaklanjuti dengan melapor ke Damkar (Pemadam Kebakaran). Jadi, warga kita minta waspada," sebut Budi.

Limbah Sawit

Selain di Desa Kuala Sebatu, banjir juga merendam permukiman warga Desa Pasir Emas Kecamatan Batang Tuaka dan Desa Sialang Panjang, Kecamatan Tembilahan Hulu. Ada ratusan rumah warga yang terdampak.

Banjir ini tidak serta merta terjadi karena curah hujan tinggi atau meluapnya Sungai Batang Tuaka.

Namun, aktivitas pembuangan limbah dari perusahaan sawit yang berada di wilayah tersebut diduga turut memperparah kondisi banjir selama ini.

Perusahaan sawit itu diduga telah membuat kerusakan lingkungan.

Dimana limpahan air areal perusahaan mengalir ke Desa Kuala Sebatu, serta sejumlah desa yang berbatasan langsung dengan kawasan industri perusahan tersebut. Seperti Desa Pasir Emas dan Desa Sialang Panjang.

Ketua Aliansi Pemuda dan masyarakat Desa Kuala Sebatu, Hasanuddin mengaku, menyaksikan sendiri lebih dari 10 kanal perusahaan itu tembus ke Desa Kuala Sebatu.

"Pembuangan perusahaan ini tidak ada ke lain tempat. Hanya kepada kami. Pembuangan di desa kami itu buntu. Selain buntu, hanya ada satu pembuangannya di simpang parit 1 Sialang Panjang," kata Hasanuddin kepada wartawan, Selasa.

Ia meminta agar perusahaan tidak mengalirkan air ke arah Desa Kuala Sebatu dan Pasir Emas atau diminta membuat kanal gajah.

Selain itu, kata dia, apabila terjadi luapan air, pihak perusahaan tidak membuka pintu tanggul, serta melakukan normalisasi dan perawatan sungai dari Desa Kuala Sebatu sampai ke Desa Sungai Raya.

"Akibat banjir ini, di Kecamatan Batang Tuaka hampir 1.500 petani kehilangan mata pencaharian akibat lahan pertanian mereka rusak parah, bahkan tidak produktif lagi untuk dikelola," sebut Hasanuddin.

https://regional.kompas.com/read/2022/11/01/211818578/saat-anak-anak-di-riau-terjang-banjir-ke-sekolah-takut-tapi-ingin-belajar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke