Kemudian, yang tidak kalah penting dalam menjaga kontiunitas gerakan adalah transparansi keuangan.
Laporan penyaluran yang disertai transparansi pengelolaan keuangan akan menjaga kepercayaan para dermawan untuk terus rutin menyalurkan donasinya.
Dan teori word of mouth dari Kotler dan Keller akan berlaku. Para dermawan akan menjadi perantara orang ke orang baik secara lisan, tulisan, maupun lewat alat komunikasi elektronik, untuk menyampaikan peluang-peluang kebaikan yang dilakukan oleh masjid.
Efeknya, semakin tersebar kegiatan filantrofi, akan semakin banyak pihak yang berdonasi, dan pada akhirnya akan semakin luas kontribusi masjid pada dhuafa di seluruh nusantara.
Lalu bagaimana masjid memulai gerakannya? Menurut hasil penelitian Mansur Efendi dalam Jurnal Manajemen Zakat dan Wakaf Volume 2 Nomor 1 Tahun 2021, kecenderungan donatur memberikan donasinya melihat dua hal, yakni urgensi program yang ditawarkan dan narasi yang disampaikan kepada publik.
Semakin menarik perhatian publik dan semakin spesifik target sosial akan meningkatkan keterlibatan para dermawan untuk berdonasi.
Hal ini dapat menjadi panduan bagi pengurus masjid dalam menyusun program filantrofinya. Harapannya, dengan semakin unik program disertai target sosial yang terukur, kontinuitas gerakan akan terjaga dengan baik dan tentunya menginspirasi masjid lain untuk mengambil peran lebih luas lagi.
Menyuburkan filantrofi menjadi tanggung jawab kita semua. Setiap diri dapat mengambil peran sebagai donatur atau penggerak sosial. Karena tanpa kebersamaan, maka nestapa yang dialami dhuafa akan sulit terselesaikan.
Mari kita jadikan masjid sebagai basis gerakan kebaikan. Jogokariyan, Munzalan, Berkah box sudah memulainya. Kapan masjid kita?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.