Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Marah Lubang Galian Jadi Tempat Sampah dan Limbah Ilegal

Kompas.com - 13/10/2022, 10:14 WIB
Farid Assifa

Editor

KOMPAS.com – Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi marah ketika mendapati lubang galian tiba-tiba berubah menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah ilegal di Desa Karangmukti, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta.

Sebelumnya, lubang galian tersebut sempat ditutup oleh Dedi Mulyadi pada tahun lalu. Namun belakangan, Dedi mendapat kabar galian tersebut malah berubah fungsi menjadi tempat pembuangan sampah dan juga limbah.

Dedi Mulyadi mengaku pada Rabu (12/10/2022) ia mendatangi lubang bekas galian tambang itu. Ia mendapati kawasan itu dipenuhi sampah yang mulai menumpuk.

Sampah-sampah tersebut dimusnahkan dengan cara dibakar hingga membuat asap dan bau menyengat.

Baca juga: Dua WNA Dianiaya gara-gara Cekcok Lubang Galian Tambang di Kaltim, Salah Satu Korban Tewas

Tidak hanya sampah warga, Dedi juga menemukan sejumlah sampah limbah industri yang juga dibuang di tempat tersebut. Limbah tersebut berbahaya karena tidak dimusnahkan secara benar dan dibiarkan terbakar di tempat terbuka.

“Dulu pernah ada galian tanah ditutup oleh saya di sini. Waktu itu alasannya untuk pembuangan sampah warga, ternyata sekarang ditemukan sampah limbah industri yang dibuang,” ujar pria yang akrab disapa Kang Dedi kepada Kompas.com dalam keterangan tertulis, Rabu.

Dedi mengatakan, jika hal tersebut terus dibiarkan akan semakin banyak industri yang membuang limbahnya ke tempat tersebut. Sebab, membuang limbah di tempat itu sangat mudah dan murah karena tanpa ada proses yang semestinya.

“Ini yang mengelola tidak menghitung dampak pencemarannya. Kemudian sampah yang masuk ke sini gak dicek. Bagaimana kalau ada limbah B3 atau limbah dari rumah sakit, ini sangat berbahaya,” ucapnya.

Ia pun heran pemerintah dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan aparat desa juga kecamatan seolah diam dengan keberadaan galian tersebut. Padahal dampaknya dapat merusak lingkungan dan memicu penyakit.

Dulu, kata Dedi, galian tersebut akan berubah menjadi Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle atau TPS3R. Tempat tersebut seharusnya dikelola secara baik sehingga tak sembarang sampah bisa masuk. Tapi nyatanya kini galian dibiarkan layaknya TPA sampah dan limbah yang dimusnahkan dengan cara dibakar.

Dedi mengatakan, pihaknya bertemu sejumlah warga di lokasi bekas galian itu. Mereka menyebut bahwa galian tersebut adalah tanah pribadi milik seorang waga Cikopo dan dikelola oleh karang taruna setempat.

Meski itu tanah pribadi, kata Dedi, tetap tidak boleh sembarangan dijadikan tempat pembuangan sampah. Sebab, hal itu akan berdampak pada kesehatan warga.

"Ada jaminan gak di sini tidak ada limbah berbahaya. Kemudian sekarang pabrik tiba-tiba buang limbah enak sekali tidak ada pengelolaan langsung buang begitu saja,” kata Kang Dedi.

Menurut Dedi, warga sebenarnya sudah dari dulu ingin menutup lokasi tersebut. Sebab setiap hari sampah dan limbah yang dibakar mengakibatkan asap hitam dan bau menyengat hingga ke rumah warga. Hanya saja warga mengaku tidak berani.

“Warga di sini banyak yang batuk-batuk, Pak. Asapnya hitam, apalagi kalau waktu magrib baunya menyengat. Lalat juga banyak,” ucap salah seorang warga yang dikutip Kompas.com dari channel YouTube Kang Dedi Mulyadi.

Dedi lantas menelepon pihak Satpol PP dan Dinas Lingkungan Hidup Purwakarta untuk segera menutup tempat tersebut. Sebab tempat tersebut sangat berbahaya dan tak memiliki izin.

Menurut warga, sampah yang dibuang di tempat tersebut berasal dari berbagai tempat tidak hanya Karangmukti. Bahkan warga mendapat informasi jika ada sampah yang dibuang dari daerah Karawang.

“Ini tanah pribadi punya orang Cikopo. Dia juga kelola limbah dan dibuang ke sini. Setahu saya ada dua pabrik yang dikelola oleh,” ujar warga tersebut.

Sebelum seperti saat ini warga mengaku sempat dikumpulkan dan diberi uang. Uang tersebut sebagai kompensasi sekaligus izin agar tanah miliknya dibangun menjadi TPS3R.

Baca juga: Detik-detik 12 Perempuan Penambang Emas di Madina Tewas Tertimbun Longsor, Berawal dari Masuk Lubang Galian

 

Warga pun setuju karena tak perlu lagi jauh-jauh membuang sampah. Hanya saja pada kenyataannya berbeda.

“Kalau soal pengelolaan limbah bukan urusan warga setuju atau tidak, atau urusan tanah pribadi atau bukan, tapi harus ada standarisasi pengelolaan,” tegas Kang Dedi.

Pria yang identik dengan iket putih itu pun menegaskan akan meminta agar lokasi tersebut segera ditutup. Ketegasan itu pun langsung disambut baik oleh warga.

“Setuju,” teriak warga kompak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Penyelidikan Dugaan Korupsi Payung Elektrik Masjid Raya Annur Riau Dihentikan

Regional
Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Sederet Fakta Pembunuhan Karyawan Toko di Sukoharjo, Korban Dibunuh 3 Pria, Pelaku Bawa Kabur THR Korban

Regional
Anggota OPM Pelaku Penyerangan Pos Kisor Serahkan Diri dan Kembali ke Pangkuan NKRI

Anggota OPM Pelaku Penyerangan Pos Kisor Serahkan Diri dan Kembali ke Pangkuan NKRI

Regional
Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Bus Eka Tabrak Truk di Tol Solo-Ngawi, 1 Orang Tewas, Ini Dugaan Penyebabnya

Regional
PDAM Magelang Beri Diskon untuk Masyarakat Penghasilan Rendah, Catat Tanggalnya

PDAM Magelang Beri Diskon untuk Masyarakat Penghasilan Rendah, Catat Tanggalnya

Regional
Timnas Menang Atas Korea Selatan, Warga Ambon Konvoi sambil Bunyikan Klakson

Timnas Menang Atas Korea Selatan, Warga Ambon Konvoi sambil Bunyikan Klakson

Regional
Cerita Nelayan Berhari-hari Bantu Cari Dokter Wisnu di Laut, Keluarganya Pernah Jadi Pasien Sang Dokter

Cerita Nelayan Berhari-hari Bantu Cari Dokter Wisnu di Laut, Keluarganya Pernah Jadi Pasien Sang Dokter

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Regional
[POPULER REGIONAL] Gibran Tak Terima Satyalancana | Kisah Inspiratif Adi, Petani Hidroponik Asal Blora

[POPULER REGIONAL] Gibran Tak Terima Satyalancana | Kisah Inspiratif Adi, Petani Hidroponik Asal Blora

Regional
Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Berapa Gaji PPK, PPS, KPPS, dan Pantarlih di Pilkada 2024?

Regional
4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

4 Kapal Ikan Terbakar di Pelabuhan Cilacap

Regional
Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Kisah Adi Latif Mashudi, Petani Milenial Blora yang Sempat Kerja di Korea Selatan (Bagian 2)

Regional
Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Dibutakan Dendam, Suami Siri di Semarang Tusuk Istri di Rumah Majikan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com