Bagi wanita Dayak, semakin panjang daun telinga maka ia akan dipandang memiliki kecantikan baik dari segi fisik maupun sikap.
Dari segi fisik, tentunya panjang daun telinga dan belaong yang dikenakan memiliki daya tarik tersendiri.
Sementara dari segi sikap, telingaan aruu juga menjadi bukti kepatuhan dan kesabaran seseorang dalam mengikuti tradisi nenek moyang.
Selain itu, panjang daun telinga juga menjadi bukti kesanggupan seseorang dalam menahan derita yang membuatnya semakin kuat.
Sayangnya dengan berkembangnya zaman, tradisi telingaan aruu perlahan juga ditinggalkan.
Generasi muda suku Dayak yang lahir di era 1960-an mulai enggan memanjangkan daun telinga,
Meski hingga kini ritual mucuk penikng atau penindikan masih tetap dilakukan, namun ritual tersebut tidak lagi dilanjutkan dengan telingaan aruu.
Kebanyakan wanita Dayak yang melakukan telingaan aruu kini sudah tua atau berusia senja.
Selain itu, beberapa wanita Dayak yang telah memanjangkan telinga bahkan ada yang sengaja memotong bagian bawah daun telinganya untuk menghilangkan atribut tradisinya.
Sumber:
indonesia.go.id
regional.kompas.com
bobo.grid.id