Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Suparjo Menguruk Kuburan Korban G-30-S di Hutan Darupono Kendal

Kompas.com - 30/09/2022, 05:48 WIB
Slamet Priyatin,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

KENDAL, KOMPAS.com - Jika melintasi hutan Darupono di Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, terlihat sangat indah dan terasa nyaman untuk beristirahat. Selain teduh, di pinggir hutan tersebut juga dipenuhi penjual buah durian, dan rambutan, bila musim tiba.

Namun, siapa sangka bahwa di wilayah yang sebagian masuk kawasan hutan lindung terdapat tiga makam korban Gerakan 30 September 1965 (G-30-S). Satu di antaranya terletak di perbatasan hutan lindung.

Baca juga: Cerita Pahlawan Revolusioner Kolonel Sugiyono yang Larang Keponakannya Jadi Tentara

Saksi hidup terkait dengan keberadaan makam tersebut adalah, Suparjo (73). Warga RT 001 RW 002 Desa Darupono, Kecamatan Kaliwungu Selatan tersebut, mengaku bahwa dirinya adalah salah satu orang yang menguruk kuburan korban G-30-S itu.

“Ada sekitar 10 orang yang menguruk kuburan itu. Salah satunya saya,” kata Suparjo, Kamis (29/9/2022).

Suparjo menjelaskan, dirinya bersama teman-temannya waktu itu sedang jaga malam. Pada waktu itu, situasi negara memang sedang tidak baik. Sebagai seorang pemuda, mempunyai tanggung jawab untuk menjaga keamanan desa.

“Nah, pada malam itu, ketika kami sedang jaga, terdengar ada suara truk lewat. Tak lama kemudian terdengar tembakan berkali-kali dari hutan Darupono, yang jaraknya cuma beberapa ratus meter dari desa kami,” tambah Suparjo.

Kemudian paginya, Suparjo melanjutkan ceritanya, dirinya bersama teman-temannya disuruh menguruk kuburan yang sudah berisi mayat orang-orang yang semalam dieksekusi.

“Yang menyuruh pak kepala desa, namanya Parno. Sekarang sudah almarhum,” ujar Parjo.

Menurut Parjo, ada sekitar 40 mayat yang ada di satu lubang besar tersebut. Dari 40 itu, Parjo, mengaku tidak ada yang kenal.

“Sebenarnya sudah diuruk, tapi tanahnya tidak penuh, jadi mayatnya masih terlihat. Terus saya dan teman-teman yang menyempurnakannya,” tambah Parjo.

Merawat makam

Parjo mengaku hingga kini masih merawat kuburan massal korban G-30-S tersebut. Setiap Kamis sore, atau setidaknya Jumat pagi, ia masih membersihkan kuburan tersebut.

“Mereka juga manusia. Hingga kini belum ada orang yang mengaku keluarganya datang ke kuburan itu. Kalau pun ada yang datang, adalah mereka yang gila nomer togel. Mereka minta nomer,” ujarnya.

Baca juga: Melihat Lubang Buaya Yogyakarta, Lokasi Ditemukannya Jenazah 2 Pahlawan Revolusi

Salah satu aktivis korban G-30-S, Yunantyo mengaku, dirinya bersama teman-temannya pernah memberi nisan di tiga kuburan yang ada di hutan Darupono tersebut. Namun, nisan itu hilang. Tujuan dia memberi nisan untuk tanda bahwa itu adalah kuburan.

“Mereka harus diperhatikan, meskipun sudah meninggal dunia. Toh, mereka belum tentu bersalah,” kata Yunantyo.

Yunantyo menjelaskan, mereka banyak yang tidak tahu rencana pemberontakan. Sebab, mereka kebanyakan orang-orang desa yang tidak tahu apa-apa.

Sementara itu, Humas Perhutani Kendal, Maswan, menjelaskan, luas hutan Darupono, lebih kurang 1.092,53 hektar, tidak termasuk hutan lindung. Maswan, mengaku mendengar cerita dari masyarakat bahwa di hutan Darupono, konon ada kuburan korban peristiwa G-30-S.

“Kalau kebenarannya kami belum tahu,” pungkas Maswan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Regional
Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Regional
Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Regional
Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Regional
Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Regional
6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com