KOMPAS.com - Pakar sejarah Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Sri Margana menilai film G30S/ PKI cacat fakta.
Ia menyebut dari arsip visum tidak ada ada penyiksaan para jenderal sebelum dimasukkan ke Lubang Buaya seperti adegan dalam film.
Sementara itu di Kota Semarang, Audy Hamdani (59) pengemudi ojek online mendapatkan order fiktif 14 ayam geprek senilai Rp 315.000.
Selain itu penipu tersebut juga menguras uang tabungan Rp 500.000 milik Audy. Setelah kasusnya viral, Audy dipanggil khusus oleh Wali Kota Semarang.
Dua berita tersebut menjadi perhatian banyak pembaca Kompas.com dan berikut lima berita populer nusantara selengkapnya:
Salah satunya terkait dengan adegan penyiksaan para jenderal sebelum dimasukkan ke Lubang Buaya.
Ia menyebut penyiksaan para jendral hanya rekayasa yang dibuat oleh sutradara Arifin C Noer agar lebih dramatis.
Karena dari hasil visum tidak terbukti ada penyiksaan.
"Film ini terbukti cacat fakta yang sudah diakui oleh sutradaranya sendiri. Misalnya soal penyiksaan para jenderal sebelum dimasukkan di Lubang Buaya itu terbukti dari arsip-arsip visum tidak ada, hanya dramatisasi," ungkapnya dalam keterangan tertulis Humas UGM, Rabu (30/9/2020).
Meski film tersebut tidak obyektif, Sri menilai masyarakat saat ini sudah cerdas dan bisa menyaring mana yang benar dan salah.
Terlebih lagi, sudah banyak fakta baru terkait peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965 tersebut.
"Masyarakat saat ini sudah cerdas. Sudah banyak beredar fakta-fakta baru terkait peristiwa G30S/PKI sehingga orang bisa membuat penilaian mana yang benar dan tidak di film itu," ujarnya.
Baca juga: Sejarawan UGM Tanggapi Kontroversi Penyiksaan Para Jenderal di Film G30S/PKI
Setelah kasusnya viral, Audy dipanggil khusus oleh Wali Kota Semarang.