Pembangunan tersebut juga dinikmati warga pribumi.
Bahkan, saat ditunjuk adanya Burgemeeister atau Wali Kota, daerah di sekitar Salatiga juga merasakan manfaatnya.
"Ada semacam distrik-distrik di bawah Salatiga, seperti daerah Bringin, Tuntang, dan Kopeng," ujar dia.
Namun, lanjut Warin, status pemerintahan di Salatiga sempat dibubarkan karena situasi politik.
Baca juga: Tolak Kenaikan Harga BBM, Mahasiswa Gelar Aksi Dorong Motor ke Gedung DPRD Salatiga
"Itu pada 1949, Salatiga dibubarkan namun tak berapa lama, kembali diadakan. Tapi, wilayahnya tak lagi seluas sebelumnya," ujar dia.
Warin menambahkan, jauh sebelum itu, pada 1746 Belanda juga pernah membangun Benteng De Hersteller, yang sekarang menjadi Terminal Angkota Tamansari.
"De Hersteller itu artinya Sang Penyembuh. Namun, benteng ini hancur pada abad 19," paparnya.
"Salatiga dipersiapkan menjadi Kota Garnisun dan menjadi peta militer Belanda. Bahkan, saat itu, dibentuk juga sekolah khusus militer dengan wilayah Ngebul sebagai candradimuka yang fokus ke kavaleri. Di sini juga ada pasukan berkuda yang kudanya didatangkan dari Austria," kata Warin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.