Asal-usul Kesenian Tradisional Wayang Garing di Serang Banten

KOMPAS.com - Wayang garing merupakan kesenian tradisioan berasal dari Kabupaten Serang, Banten.

Wayang garing adalah pergelaran wayang kulit namun tanpa ada iringan musik gamelan.

Iringan musik hingga cerita dilakukan dalang sendiri. Dalang juga mennyanyikan tembang atau lagu selama pentas.

Baca juga: Wayang Potehi Jombang Ikuti Festival di Belanda, Sempat 2 Kali Gagal Berangkat

Biasanya, dalam pergelaran wayang kulit ada sinden yang bertugas menyanyikan tembang mengiringi sang dalang.

Dilansir dari situs kemdikbud.go.id, keunikan wayang garing tersebut sesuai dengan namanya, garing, yang berarti kering atau tanpa ada pengiring gamelan atau sinden.

Kesenian yang sudah menjadi warisan budaya tak benda dari Kemdikbud ini biasanya ditemui di pelosok pedesaan di wilayah Serang.

Baca juga: Cinunuk, Desa Lahirnya Wayang Golek yang Terlupakan

Keakraban

Pergelaran wayang garing biasanya ditemui pada saat acara-acara hajatan atau syukuran warga.

Suasananya pun lebih cair dan penuh keakraban. Sang dalang bahkan lebih sering melontarkan sendau gurau kepada penonton dan pemilik acara hajatan.

Selain itu, dalang juga tidak terlalu kaku atau sesuai pakem dalam menuturkan cerita wayang.

Kemahiran dalang wayang garing adalah meramu lakon wayang dan guyonan untuk menciptakan keakraban dalam pentas tersebut.

Terancam punah

Dalam artikel yang ditulis Lina Herlinawati berjudul Kajali Berwayang Garing, 21 April 2020 di situs kemdikbud.go.id, kesenian wayang garing terancam punah karena tak adanya regenarasi.

Kesenian khas Serang yang telah berkembang sejak tahun 1964 ini hanya ada satu dalang yang menekuni kesenian ini, yaitu Kajali atau Ki Jali.

Menurut penulis, salah satu ciri khas wayang garing adalah sifatnya yang merakyat dengan bahasa yang multikultural, komposisi lakon dan guyon, irama dan pakem pertunjukan wayang garing tidak gampang ditemukan dalam jenis-jenis wayang lainnya di tanah air.