Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Suku Asmat, dari Asal Usul hingga Tradisi

Kompas.com - 25/08/2022, 23:12 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Tanah Papua dihuni berbagai kelompok adat, salah satunya adalah Suku Asmat.

Suku Asmat adalah salah satu suku terbesar baik yang menghuni Pulau Papua bagian selatan.

Dalam hal ini Suku Asmat besar dalam dari sisi jumlah, wilayah kekuasaan, maupun peradaban.

Baca juga: Mengenal Asal Usul Suku Asmat, Suku Asli Papua, Ciri Khas, dan Tradisi

Suku Asmat tersebar mulai dari pesisir pantai Laut Arafuru hingga Pegunungan Jayawijaya, atau secara keseluruhan menempati wilayah Kabupaten Asmat.

Baca juga: Suku Asmat, Legenda Manusia Titisan Dewa di Tanah Papua

Asal Usul Suku Asmat

Dilansir dari laman penghubung.papua.go.id, asal usul Suku Asmat diceritakan dari sebuah mitologi Fumeripitsy.

Sesosok Dewa bernama Fumeripitsy yang turun ke bumi menjelajah dan memulai petualangan dari ufuk barat matahari terbenam.

Baca juga: Australia Kembalikan Tengkorak Asli Suku Asmat dan Dayak Hasil Penyelundupan

Dalam penjelajahannya tersebut, sang Dewa harus berhadapan dengan seekor buaya raksasa dan mengalahkannya.

Namun dalam meraih kemenangannya, Sang Dewa rupanya luka parah dan terdampar di tepi sungai.

Sambil menahan sakit, Sang Dewa terus bertahan hingga akhirnya ia bertemu seekor burung Flaminggo berhati mulia yang merawatnya hingga pulih.

Sang Dewa yang telah sehat kemudian tinggal di wilayah tersebut, membangun rumah, mengukir dua buah patung yang indah, dan membuat sebuah genderang untuk mengirinya menari.

Gerakan tari Sang Dewa sungguh dahsyat, hingga membuat kedua patung menjadi hidup dan ikut menari menirukan gerakan Sang Dewa.

Konon, kedua patung tersebut menjadi pasangan manusia pertama dan merupakan nenek moyang Suku Asmat.

Penduduk dari Suku Asmat, Papua yang menggunakan pakaian adat dan membawa senjata tradisional berupa tombak.Shuttersctock/Surgey Uryadnikov Penduduk dari Suku Asmat, Papua yang menggunakan pakaian adat dan membawa senjata tradisional berupa tombak.

Sementara dilansir dari laman asmatkab.go.id, nama Asmat sudah dikenal dunia sejak tahun 1904.

Hal ini tercatat bahwa pada tahun 1770 sebuah kapal yang dinahkodai James Cook mendarat di sebuah teluk di daerah Asmat.

Tiba-tiba muncul puluhan perahu lesung panjang yang didayung ratusan laki-laki berkulit gelap dengan wajah dan tubuh yang diolesi warna-warna merah,hitam, dan putih.

Penduduk tersebut menyerang dan berhasil melukai serta membunuh beberapa anak buah James Cook.

Ciri-ciri Suku Asmat

Ciri khas Suku Asmat dapat diamati dari cara hidup yang masih dapat diamati hingga saat ini.

Suku Asmat terbagi menjadi dua, yaitu suku yang tinggal di pesisir pantai dan suku asmat yang tinggal di wilayah pedalaman.

Perbedaan lokasi tempat tinggal membuat pola hidup, cara berpikir, struktur sosial dan keseharian keduanya sangat berbeda.

Salah satunya adalah mata pencaharian di mana Suku Asmat yang berada di wilayah pedalaman bekerja sebagai pemburu dan petani, sementara mereka yang tinggal di pesisir lebih memilih menjadi nelayan.

Adapun makanan pokok orang Asmat adalah sagu karena tanaman tersebut banyak tersebar di hutan di daerah ini.

Tak hanya makanan, pakaian orang Asmat juga diambil dari daun sagu.

Rok rumbai dan pummi digunakan sebagai penutup kemaluan, dilengkapi dengan kalung dan penutup kepala berhias bulu burung.

Orang Asmat juga membawa tas yang disebut sebagai esse yang memiliki fungsi untuk membawa barang dan juga sebagai aksesori.

Dari segi fisik, Suku Asmat rata-rata memiliki tinggi sekitar 172 cm, untuk pria dan 162 untuk perempuan. Kulit mereka umumnya hitam dengan rambut yang keriting.

Hal ini disebabkan karena Suku Asmat masih satu keturunan dengan Ras Polynesia.

Suku Asmat di Papua DOK. Shutterstock/Sergey UryadnikovShutterstock/Sergey Uryadnikov Suku Asmat di Papua DOK. Shutterstock/Sergey Uryadnikov

Budaya Suku Asmat

Suku Asmat dikenal memiliki berbagai tradisi dan budaya, beberapa di antaranya cukup khas dan terkenal akan keunikannya. Berikut adalah beberapa diantaranya.

1. Dikenal sebagai pengukir yang handal

Suku Asmat sangat terkenal sebagai pengukir handal dan diakui secara internasional.

Ukiran dan patung yang dibuat Suku Asmat sangat banyak jenisnya dan beragam.

Biasanya, ukiran yang mereka hasilkan menceritakan tentang sesuatu; seperti kisah para leluhur, kehidupan sehari-hari, dan rasa cinta mereka kepada alam.

2. Tradisi Rumah Bujang

Tradisi Rumah Bujang atau biasa disebut dengan ‘Jew’ tidak bisa dilepaskan dari Suku Asmat.

Jew merupakan rumah utama, tempat segala aktivitas suku Asmat dilakukan.

Ketika hendak mendirikan Jew, mereka harus diadakan upacara khusus terlebih dahulu.
Hanya para pria yang belum menikah yang boleh tinggal di Jew, sementara wanita hanya bolah masuk ketika ada acara besar saja.

Rumah jew Suku Asmat, Papua DOK. Shutterstock/dewi linggasariShutterstock/dewi linggasari Rumah jew Suku Asmat, Papua DOK. Shutterstock/dewi linggasari

3. Bahasa Suku Asmat

Dilansir dari laman asmatkab.go.id, bahasa yang digunakan orang Asmat termasuk kelompok bahasa yangoleh.

Sementara menurut para ahli linguistik, bahasa tersebut adalah Language of the Southern Division, atau bahasa-bahasa bagian selatan Irian Jaya.

Bahasa ini pernah dipelajari dan digolongkan oleh C.L Voorhoeve (1965) menjadi filum bahasa-bahasa Irian(Papua) Non-Melanesia

Sumber:
penghubung.papua.go.id
asmatkab.go.id

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Ibu Melahirkan di Ambulans karena Jalan Rusak, Dinkes Kalbar Bersuara

Regional
[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

[POPULER NUSANTARA] Pabrik Sepatu Bata di Karawang Tutup | Kades di Blora Tewas Tersengat Listrik

Regional
Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Ketiduran Sambil Bawa Emas, Nenek 87 Tahun Jadi Korban Perampokan

Regional
Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Regional
Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Regional
Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Regional
Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Regional
6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com