Dilansir dari laman Bobo, terdapat enam pola lantai yang digunakan dalam tari piring.
Pola lantai tersebut adalah pola vertikal, pola horizontal, pola spiral, pola lingkaran besar, pola lingkaran kecil dan juga pola berbaris.
Pada pola vertikal, penari tari piring akan bergantian untuk bergerak maju dan mundur mengikuti alunan lagu.
Kemudian untuk pola horizontal, penari piring akan memindahkan tubuhnya ke samping.
Sementara untuk pola spiral dimaksudkan untuk memberikan kesan lembut pada gerakan yang menggunakan lebih dari satu garis lingkaran.
Penari yang membawa piring di tangannya juga akan membentuk dua pola lingkaran besar dan kecil, sebelum akhirnya akan membentuk satu garis lurus di akhir pertunjukan tari piring.
Tari Piring menggunakan beberapa properti yang kerap digunakan dalam setiap pertunjukkan.
Properti utama tentunya adalah piring yang digunakan oleh para penari dan menjadi ciri khas tarian ini.
Dahulu, Piring di tangan penari akan diisi makanan yang lezat untuk dipersembahkan kepada dewa.
Namun sekarang setiap penari hanya membawa piring kosong, masing-masing dua piring untuk tiap penari.
Properti berikutnya adalah damar yang akan diketuk-ketukkan ke piring agar suasana semakin meriah.
Properti tari piring yang tak kalah indah adalah kostum yang berbeda untuk penari laki-laki dan perempuan.
Untuk kostum penari pria, biasanya menggunakan busana yang memiliki lengan panjang atau bisa disebut sebagai busana Rang Mudo.
Penari pria juga memakai aksesoris tambahan seperti cawek pinggang, sisampek, dan destar atau penutup kepala dari kain songket yang dibentuk menjadi bentuk segitiga.
Sementara penari wanita akan mengenakan baju kurung yang merupakan busana khas Minangkabau terbuat dari kain beludru dan satin.
Penari wanita akan menggunakan aksesoris berupa selendang yang terbuat dari kain songket pada bagian bahu kiri.