KOMPAS.com - Masuknya pengaruh agama yang dibawa oleh para pedagang mempengaruhi corak kerajaan yang pernah berdiri di nusantara.
Dari berbagai kerajaan yang berdiri dari waktu ke waktu, terdapat dua kerajaan yang memiliki kemiripan nama yaitu Kerajaan Mataram Kuno dan Kerajaan Mataram Islam.
Baca juga: Isi Perjanjian Giyanti hingga Dampaknya Memecah Kerajaan Mataram Islam Menjadi 2
Kedua kerajaan bernama Mataram ini memiliki kesamaan yaitu sama-sama berdiri di Pulau Jawa.
Baca juga: Pemindahan Ibu Kota Kerajaan Mataram Kuno
Lalu apa perbedaan dari Kerajaan Mataram Kuno dan Kerajaan Mataram Islam? Berikut penjelasannya.
Baca juga: Faktor Pendorong Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu-Buddha.
Dalam buku Sejarah untuk Kelas IX SMA Program Bahasa (2007) yang ditulis Nana Supriatna, berikut adalah beberapa catatan tentang Kerajaan Mataram Kuno.
Kerajaan Mataram Kuno merupakan sebuah kerajaan agraris yang berkembang melakukan perdagangan di sekitar aliran Sungai Bengawan Solo.
Kerajaan Mataram Kuno atau dikenal dengan Bhumi Mataram berdiri pada abad ke-8 sampai abad ke-11.
Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah Raja Sanjaya dari Wangsa Sanjaya.
Pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno kemudian dikenal terbagi menjadi dua dinasti atau wangsa yaitu Wangsa Sanjaya yang bercorak Hindu dan Wangsa Syailendra yang bercorak Buddha.
Kedua wangsa kemudian disatukan dengan berlangsungnya pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani.
Kemunduran Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah kemudian membuat Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahannya ke Jawa timur.
Sumber sejarah Kerajaan Mataram Kuno antara lain Prasasti Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Balitung dan Prasasti Klurak.
Sementara peninggalan Kerajaan Mataram Kuno berupa candi antara lain Candi Gedong Songo, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Plaosan, Candi Prambanan, dan Candi Sambisari.
Ada juga peninggalan Kerajaan Mataram Kuno berupa karya sastra yaitu Kitab Arjunawiwaha yang ditulis Mpu Kanwa, serta Kitab Bharatayudha, Hariwangsa, dan Gatotkacasraya yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.