Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulopo, Cara Unik Menangkap Ikan Danau Limboto dengan Tangan

Kompas.com - 06/08/2022, 16:13 WIB
Rosyid A Azhar ,
Khairina

Tim Redaksi

 

GORONTALO, KOMPAS.com – Sebanyak 32 burung ibis rokoroko (Plegadis falcinellus) melintas di langit tepi Danau Limboto, tepat di atas bekas dermaga pendaratan Bung Karno dengan pesawat ampibi di tahun 1951.

Formasi terbang burung ini membentuk huruf V, membentuk siluet indah sebelum semakin mengecil ke arah utara.

Langit Gorontalo tak begitu membiru, sama seperti 2 tahun terakhir ini, banyak hari-hari diguyur hujan.

Baca juga: Akhir Pekan, Perburuan Burung Marak di Danau Limboto, Pemburu Incar Jenis Tertentu

 

Gugusan pegunungan kapur yang memagari lembah Gorontalo menghijau, perdu dan semak tumbuh subur.

Pemandangan ini berbeda jika kemarau tiba, hanya ada bukit coklat kusam yang terlihat, sebagian tanaman mati, lainnya merana kekeringan.

Danau Limboto, salah satu dari 15 danau kritis di Indonesia merupakan kawasan lahan basah yang menjadi pusat mata pencarian ribuan orang.

Di semua sisi danau ini terdapat perkampungan, yang sebagian besar warga menyandarkan ekonominya dari kemurahan alam, membudidayakan ikan dalam karamba jaring apung, menangkap ikan, berdagang ikan hingga membuka warung keperluan nelayan.

Menyelam

Di tengah danau yang jauh dari permukiman warga, Anton Matani (57) seorang diri mengikatkan tali plastik di tubuhnya, ujung lain tali ini diikatkan pada perahu kayu mungil yang berwarna kuning.

Ia menceburkan diri menyelam di dasar danau, tidak lama kemudian ia kembali ke permukaan, mengatur nafas yang pendek-pendek, matanya terlihat merah karena terlalu berada di dalam air, kulit pundaknya legam terlihat mengkilap diterpa sinar matahari.

Anton baru saja menyembul dari dalam danau, tangannya melemparkan seekor ikan manggabai sebutan local untuk Bareye Goby (Glossogobius giuris) ke dalam kaleng berisi air di dalam perahunya. Anton sudah menangkap beberapa ekor ikan jenis ini.

Ia melihat kampungnya, Desa Bua, Kecamatan Batudaa dari tengah danau, terlihat perdu, deretan pohon kelapa di tepi desa, permukiman, dan bukit yang meliuk-liuk.

Baca juga: Pertama Kali, Burung Kerak Perut-pucat Ditemukan di Danau Limboto


Ada anak istri di salah satu sudut desa itu. Untuk kebahagiaan mereka ia setia melakoni pekerjaan ini sejak lama.

Anton kembali memusatkan pikirannya, menarik napas dalam-dalam, memenuhi paru-parunya dengan oksigen, lalu kembali menyelam dalam air danau yang berwarna kecoklatan ini.

Di dasar danau yang berlumpur ia meraba-raba dan meraih potongan bambu yang memiliki panjang 40 sentimeter tanpa buku, kedua sisinya berlubang.

Saat bambu teraba tangan, ia segera mencari kedua sisi dan menutup lubangnya rapat-rapat.

Ia memastikan dalam bambu ini ada isinya, mengguncang-guncangnya hingga seekor manggabai kaget dan berusaha keluar dari salah satu sisi tabung bambu ini.

Ikan ini berusaha menerobos di salah satu lubang namun tangan Anton yang menyisakan celah mungil di sela jarinya segera menjepit dan menggenggam ikan khas danau ini.

Saat ikan terpegang dengan baik, ia segera mendorong tubuhnya ke permukaan air, bernafas sejenak dan melemparkan manggabai di tangannya ke dalam kaleng di atas perahu kayu berwarna kuning.

Dulopo

Keterampilan menangkap ikan manggabai di kedalaman  Danau Limboto ini tidak banyak dimiliki nelayan Gorontalo. Cara unik menangkap ikan ini dinamakan dulopo.

“Sejak muda saya mencari ikan dengan cara ini,” kata Anton Matani.

Meski terlihat hanya menggunakan tangan, cara menangkap ikan seperti ini membutuhkan modal dan keterampilan. Modal fisik adalah bambu yang sudah dipotong tanpa buku, kedua ujungnya berlubang.

Selain itu juga harus memiliki kemampuan menyelam di air danau yang cenderung gelap.

“Saya sudah meletakkan 1000 potongan bambu di bawah air ini, pada kedalaman 3,5-4 meter,” ucap Anton Matani.

Baca juga: Tablasupa Papua, Kampung dengan Keindahan Alam Bawah Laut dan Pengamatan Burung Cenderawasih

Potongan bambu ini ia bawa dari kebunnya, tidak sekaligus. Ia bawa sesuai kemampuan dan daya muat perahu kayunya, bambu ini ditenggelamkan di dasar danau sedikit demi sedikit, butuh beberapa hari hingga mencapai jumlah yang dirasakan cukup untuk dijadikan “ladang” pemanenan ikan liar.

Kemampuan lainnya yang dimiliki Anton adalah memastikan lokasi bambu di dasar danau, sehingga setiap datang ke tempatnya ia sudah tidak mencari-cari lagi.

Luas Danau Limboto yang mencapai 2500 hektare ini tidak selalu sama, enceng gondok dan tanaman lain sering berpindah-pindah lokasi.

Tanaman ini mengapung di atas permukaan air sehingga saat tertiup angin bisa bergeser ke mana mana saja sesuai arah angin.

Penggunaan bambu ini merupakan kearifan masyarakat sekitar danau untuk menyediakan rumah yang nyaman bagi ikan manggabai atu yang lainnya.

Pengetahuan ini muncul dari proses panjang pengalaman mereka dalam memahami danau dan ikan yang hidup di dalamnya.

“Manggabai suka berada di tempat sempit di bawah air, berbeda dengan ikan mujair atau nila,” kata Anton Matani.

Ikan manggabai khas Danau Limboto

Anton mengaku sejak dulu ia memang manangkap ikan jenis manggabai dengan cara seperti ini.

Bagi warga Gorontalo, jenis ikan ini merupakan kemewahan tersendiri, cita rasanya gurih. Manggabai memiliki harga yang berbeda dengan jenis ikan lain.

Di desa-desa pinggiran danau, juga tempat lebih jauh, penentuan harga ikan masih berdasar tumpukan kecil atau rentengan jika sudah ditusuk dengan tali, bukan ditimbang.

Satu renteng manggabai kecil berisi 16 ekor dihargai Rp 10 ribu, namun jika mendapatkan yang ukuran besar,  4-6 ekor perenteng tali bisa mencapai Rp50 ribu.

Harga manggabai yang relatif tinggi dibandingkan jenis ikan lain membuat Anton Matani fokus penangkapan jenis ini.

Baca juga: Dua Sungai di Bengkulu Tercemar CPO dan Limbah, Ribuan Ikan Mati Disertai Bau Busuk

 

Ia mengaku tidak tertarik menangkap ikan lain, selain ia sudah nyaman dengan kemampuan yang dimilikinya, cara lain yang lebih umum justru banyak dilakukan oleh para nelayan, sehingga mereka harus berbagi lokasi dan bersaing.

Dulopo menunjukkan kemampuan nelayan danau dalam memahami perilaku ikan, mereka berkreasi mencari sarana yang sesuai, alami dan tidak merusak alam.

Terkadang di dalam potongn bambu ini Anton Matani tidak hanya mendapatkan manggabai, ada juga ikan hulu, sebutan untuk Snakehead Gudgeon (Giuris margaritacea), pernah juga tertangkap sidat (Anguilliformes).

“Kalau jenis ikan mujair atau nila biasanya tidak masuk dalam bambu di dasar danau,” kata Ahim Husain (55) warga Desa Iluta, Batudaa. Ahim juga seorang nelayan danau.

Ahim Husain menjelaskan cara menangkap ikan dengan dulopo ini sudah jarang dilakukan orang.

Bahkan Ahim mengakui di desanya sudah tidak ada, hanya warga dari kampung sebelah yang masih menyisakan penyelam danau Limboto, inipun tidak banyak.

“Dulopo ini dilakoni oleh orang-orang dari Desa Payunga, Bua atau di sekitarnya, hanya beberapa orang saja,” ujar Ahim Husain.

Para nelayan Danau Limboto saat ini lebih memilih menangkap ikan dengan pancing atau menebar jalan di tepi, ada juga yang membawa alat setrum, bahkan ada informasi yang menggunakan pukat dengan mata yang halus.

Nelayan yang memiliki modal bisa memasang karamba jaring apung (KJA) di badan danau, namun cara budidaya ini membutuhkan biaya besar.

Pemilik modal dari desa lain atau dari Kota Gorontalo yang memiliki jaring apung, kabarnya seseorang dapat memiliki ratusan jaring apung yang dipasang di danau berstatus kritis ini.

“Ikan manggabai memang hidupnya di lumpur di dasar danau,” kata Abdul Hafidz Olii, pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo.

Baca juga: Ada Predator Asing Pemakan Ikan Endemik dan Gigit Nelayan di Danau Laut Tawar

Hafidz Olii menjelaskan ikan-ikan di Danau Limboto ada yang hidup di permukaan, ada juga yang di tengah dan ada jenis ikan yang hidup di lumpur atau bagian dasar danau.

Manggabai yang termasuk jenis ikan yang hidupnya di bagian dasar, ikan ini menyukai berada di atas lumpur. Jenis ini biasa masuk dalam ikan keluarga gobiidae atau masyarakat biasa menegnal sebagai ikan gobi.

Abd Hafidz Olii menjelaskan ikan dari keluarga ini umumnya sebagai bentos, hidup di dasar peraiaran. Tak heran jika nelayan menemukan ikan ini celah batu atau benda lain di atas lumpur dasar danau.

Menariknya lagi, dari sisi kebahasaan Gorontalo istilah dulopo ini memiliki makna khusus, yaitu menyelam untuk tujuan sesuatu.

“Dalam makna menyelam orang Gorontalo mempunyai 2 kata utama yakni Tinulopo dan Dulopo. Yang pertama bermakna menyelam secara umum, yang kedua menyelam untuk tujuan sesuatu,” kata Suleman Bouti seorang dosen di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo.

Modulopo otili, tola, manggabai adalah aktivitas biasa bagi mereka para pencari ikan. Manggabai ramai di danau karena adanya ikan ini di danau.

Modulopo otili, tola, manggabai berarti menyelam mencari ikan sidat, gabus (Channa striata), manggabai.

“Waktu saya kecil jaga badulopo ikan tola dan sogili biar mo luka itu jari (wakyu saya kecil saya sering menyelam menangkap ikan gabus dan sidat, meskipun berisiko terluka jari,” ujar Suleman Bouti.

Menurut Suleman Bouti dulopo adalah menyelam mencari ikan dengan mengandalkan tangan tanpa alat bantu penglihatan dan pernafasan, tangab meraba-raba dasar perairan, hanya berdasarkan perasaan.

“Penyelam tidak tahu apakah yang ditangkap ini ular, sidat atau apa,” kata Suleman Bouti yang diiringi gelak tawa.

Dulopo diduga sisa tradisi menangkap ikan di zaman manusia prasejarah sebelum ditemukan alat-alat tangkap yang memudahkan manusia. Pada masa itu kehidupan manusia masih sangat sederhana, mereka memenuhi kebutuhannya dengan mengumpulkan makanan dari alam, termasuk dalam memenuhi kebutuhan protein hewaninya.

Masa itu merupakan tahapan awal peradaban manusia yang dikenal dengan kegiatan berburu (hunting) dan mengumpulkan makanan (food gathering). Danau Limboto menyediakan dengan mudah semua kebutuhan manusia pada masa itu.

Danau Limboto juga dikenal sebagai sisa danau purba yang pernah ada, pada masa kuarter 1,8 juta tahun lalu Gorontalo memiliki danau besar yang membentang dari Kota Gorontalo hingga ke lembah Paguyaman di Kabupaten Boalemo. Hasil penelitian menyebutkan ada endapan danau dari bentang daerah tersebut.

Seiring berjalannya waktu, danau purba ini kian menyurut dan menyempit, dinamika pergerekan lempeng bumi dan sedimentasi perlahan membuat danau ini mengecil, hingga tersisa 2500 ha.

Sepanjang tahun, 23 sungai dan anak sungai membawa sedimentasi dan sampah menuju danau di tengah lembah dataran Dehuwalolo ini. Pembukaan hutan dan area lain untuk ladang pertanian dan alih fungsi lahan di daerah aliran sungai (DAS) Limboto telah menyumbang sedimen yang yak terhitung banyaknya, hingga kini belum mampu teratasi pemerintah.

Sedimen ini membentuk substrat yang kaya unsur hara di dasar danau, menyediakan ruang kehidupan bagi ikan yang habitatnya di dasar.

Penangkapan dengan cara dulopo (menyelam) hanya dikenal di sekitar Batudaa, sementara di sisi lain danau ini tidak dijumpai kebiasaan ini. Diduga di wilayah ini masih menyisakan kedalaman air yang dibutuhkan untuk habitat jenis ikan ini dan mudah dijangkau masyarakat.

Di sisi lain danau ini tidak terlalu dalam namun lebih banyak lumpur, sisi ini yang banyak ditemukan muara sungai dan anak sungai, bahkan endapan ini sebagian telah berubah menjadi daratan yang dijadikan lahan bercocok tanam masyarakat setempat.

Revitalisasi Danau Limboto

Danau Limboto kini tengah menghadapi perubahan, proyek revitalisasi yang berjalan beberapa tahun telah mengubah wajah danau kritis ini.

Di pinggir danau, dari Kelurahan Dembe Kecamatan kota Barat Kota Gorontalo hingga ke Desa Pentadio di Kecamatan Talaga Biru Kabupaten Gorontalo telah membentang tanggul besar. Tanggul ini disusun dari timbunan tanah oleh alat berat selama beberapa tahun ini. Di sepanjang tanggul ini telah berdiri tiang-tiang listrik berdaya energi matahari.

Di Desa Tabumela yang masih berada di area tanggul, sebuah pintu air telah dibangun sebagai outlet yang akan mengalirkan air danau menyatu dengan Sungai Tapa/Bolango sebelum mengalir ke Teluk Tomini.

Proyek besar revitalisasi Danau Limboto ini telah banyak mengubah wajah danau paling kritis di Indonesia ini, sebagaian besar enceng gondok yang menutupi permukaan telah disingkirkan, namun di sisi lain tanaman ini juga tumbuh subur, sepertinya para pekerja pembersih yang menggunakan perahu bermesin saling berkejaran dengan tanaman apung ini.

Sinar matahari telah meninggi, di sebuah titik di tengah danau, Anton Matani terus timbul tenggelam mencari manggabai. Ia tak peduli suara dendang burung tikusan alis putih, White-browed Crake (Amaurornis cinerea) yang bersahutan di dalam tanaman air di tepi danau.

Anton Matani terus  meraba-raba dasar danau, mencari potongan bambu dan berharap ada manggabai yang beristirahat di dalamnya. Seekor demi seekor ditangkap, ia membayangkan akan menguntainya dengan seutas tali dari pelepah pisang, seperti yang dilakukan selama ini, seperti yang diajarkan orang tuanya dulu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Regional
Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Regional
Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Regional
Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Regional
Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Regional
4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

Regional
Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Regional
Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Regional
Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Regional
Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Ratusan Ribu Suara Pemilu di Babel Tidak Sah, KPU Siapkan Pengacara

Regional
2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

2.540 Ekor Burung Liar Diselundupkan ke Jawa, Diduga Hasil Perburuan Hutan Lampung

Regional
HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

HUT Ke-477 Kota Semarang, Pemkot Semarang Beri Kemudahan Izin Nakes lewat Program L1ON

Kilas Daerah
Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Polda NTT Bentuk Tim Gabungan Ungkap Kasus Penemuan Mayat Terbakar di Kota Kupang

Regional
Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Ketua Nasdem Sumbar Daftar Pilkada Padang 2024

Regional
Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Sopir Innova Tewas Diduga Serangan Jantung dan Tabrak 2 Mobil di Solo

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com