TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Potensi kelautan dan perikanan di pesisir selatan Jawa Barat atau Priangan Timur melimpah. Namun masih terhambat infrastruktur.
Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Bandung Koordinator Jabar, Prof Martha Fani Cahyandito mengatakan, seusai data BPS (Badan Pusat Statistik) Jabar, pada 2020, produksi ikan tangkap di Pantai Utara (Pantura) sebanyak 200 ton.
"Sementara di Pansel (Pantai Selatan) mencapai kurang dari 11.000 ton. Namun di pesisir Priangan Timur masalahnya di infrastruktur," ucap Fani dalam konferensi persnya di BI Tasikmalaya, Rabu (27/7/2022).
Baca juga: Kisah Warga Pangandaran yang Panik Saat Rasakan Gempa: Takut Tsunami seperti 2006
Fani menambahkan, infrastruktur paling penting untuk menggali potensi di Pansel yakni pelabuhan, tak ada di sini.
Sedangkan Pantura Jabar yang memiliki pelabuhan mampu mendongkrak kesejahteraan masyarakatnya meski potensi alam laut dan perikanannya di bawah Pansel.
Selain infrastruktur, SDM (sumber daya manusia) pun menjadi persoalan. Padahal potensi kelautan dan perikanan Jabar Selatan luar biasa.
"Sekarang gini, pelabuhan di mana? Utara, proses perjalanan panjang untuk menggali potensi demi perkuat ketahanan pangan itu butuh infrastruktur. Kalau ada pelabuhan supaya cepat dalam pemasaran, kalau kelamaan (ikan) tak segar lagi dan sebagainya," tambah Fani.
Selain itu, sejatinya para nelayan di wilayah itu menilai bantuan investasi menjadi kebutuhan kedua atau sekunder.
Baca juga: Aceh Utara Punya Potensi Perikanan, Kementerian KP Gelar Pelatihan Olahan Bandeng
Paling utama yang dibutuhkan para nelayan saat ini adalah kemudahan untuk melaut dan infastruktur untuk kemudahan pelayanannya.
"Sebetulnya para nelayan kurang membutuhkan bantuan dan investasi, tapi mereka diberikan kemudahan untuk melaut kalau ikan tangkap. Infrastruktur betul dibutuhkan dan sentuhan digitalisasi pengolahan. Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) panjang dan tak bisa instan," ujar dia.
Karena itu, hasil pertemuan hari ini dirangkum beserta solusinya akan disampaikan ke Bank Indonesia (BI) Tasikmalaya dan Jawa Barat. Nantinya diteruskan ke Pemprov Jabar dan pemerintah pusat.
Kepala Perwakilan BI Jabar, Herawanto mengungkapkan, selain berbagai produk hortikultura, Priangan Timur memiliki potensi lainnya yang sangat besar.
Baca juga: Antisipasi Stagflasi, Pemda di Jabar Diminta Belanjakan Anggaran Tepat Waktu
Yakni di sektor perikanan, baik tangkap maupun budidaya air tawar. Potensi tersebut, perlu semakin dioptimalkan guna meraih ketahanan pangan.
"Dalam rangka menjaga dan meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi sekaligus mengantisipasi tekanan inflasi," ungkap dia.
Salah satu rekomendasi kebijakan yang dapat ditempuh untuk mendukung sektor perikanan dan maritim adalah menjaga perbaikan kinerja ekspor Jabar pada komoditas sektor fishery.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung hal tersebut di antaranya melalui efisiensi interlinkage industri hulu ke hilir dan pembangunan infrastruktur pelabuhan.
Baca juga: Pengamat Ekonomi Ungkap Bahaya Stagflasi yang Kini Menghantui Jabar
Lalu percepatan realisasi pengembangan sistem logistik terpadu, pembangunan cold storage, hingga dorongan investasi di sektor perikanan.
Sementara itu, Kepala BI Tasikmalaya Darjana mengatakan, ada berbagai hal yang sudah dilakukan pihaknya.
Seperti memberikan bantuan-bantuan kepada petani budidaya udang faname di wilayah pesisir Priangan Timur, Jawa Barat.
"Juga, kapal meski gak terlalu besar berkisar di harga Rp 15 juta ditambah mesin total 30 juta. Di wilayah Pangandaran motor dan mesinnya sudah tersalurkan," kata Darjana.
Selain itu, BI Tasikmalaya mengembangkan budidaya air tawar lewat para petani ikan nila lewat sistem bioflok.
"Priangan timur punya pesisir potensi ekonomi besar dan budidaya daratnya yang luar biasa," beber dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.