Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Orang Menjadi Korban Perdagangan Orang, Kebanyakan Melamar Kerja Lewat Medsos

Kompas.com - 20/07/2022, 21:52 WIB
Ahmad Dzulviqor,
Khairina

Tim Redaksi

NUNUKAN, KOMPAS.com – International Organization of Migration (IOM) Indonesia di Nunukan Kalimantan Utara, mencatatkan 11 orang yang diduga menjadi korban perdagangan manusia atau human trafficking, sepanjang 2021 – 2022.

Field Facilitator IOM Indonesia di Nunukan Muhammad Hidayat Hasan mengatakan, terdapat tren perekrutan lewat digital yang ternyata lebih rapi dan efektif dalam menjaring calon korbannya, dibanding cara manual.

‘’Kami warning bagi masyarakat, hati-hati dengan tawaran kemudahan dalam bekerja. Waspada untuk registrasi di lowongan tenaga kerja yang memberikan kemudahan tanpa adanya proses sebagaimana wajarnya, melalui Dinas Tenaga Kerja,’’ujarnya, Rabu (20/7/2022).

Baca juga: Mau Selundupkan 16 PMI Ilegal ke Malaysia, 7 Pelaku Perdagangan Orang Ditangkap Polres Bintan

Kasus 11 korban yang ditangani IOM Indonesia, semua merupakan rekrutan melalui Facebook.

Mereka ditawarkan bekerja di ladang sawit di Kota Samarinda Kalimantan Timur.

Setelah itu, mereka diterima begitu saja dan ditampung di wilayah Sampit.

Dari sana, 11 orang tersebut lalu dibawa melalui jalur darat tembus ke wilayah Seimanggaris Nunukan.

‘’Sebenarnya sampai di perbatasan RI – Malaysia, mereka minta pulang karena setahu mereka pekerjaan ada di Samarinda bukan Malaysia. Tapi mereka diancam agar mengembalikan uang yang menjadi biaya transportasi dan pendaftaran kerja, sebesar RM 2000, atau sekitar Rp 7 juta per orang,’’tuturnya.

Dengan terpaksa, karena mereka tidak punya uang, mereka pasrah dan bekerja di Malaysia secara ilegal.

Tidak terima gaji


Selama bekerja di wilayah Sabah Malaysia, mereka ternyata tidak pernah menerima gaji.

Keseharian mereka hanya mengandalkan jatah beras perusahaan dan mencoba bertahan hidup dengan menjual apapun yang bisa laku.

‘’Saat terima gajian, mereka hanya diberi amplop kosong. Begitu bertanya ke kantor perusahaan, dijawab bahwa gajinya sudah diambil pengurus, karena mereka masih berutang RM 2000,’’katanya lagi.

Baca juga: Bocah 13 Tahun Asal Karawang Diculik Ditemukan di Tempat Prostitusi, Polisi Dalami Dugaan Perdagangan Orang

Kondisi tersebut, membuat mereka sangat tertekan.

Niat hati ingin memperbaiki nasib dan mendapat pekerjaan untuk menghidupi keluarga, justru mereka terjebak dalam kondisi mengenaskan dan tidak tahu harus bagaimana.

Sampai akhirnya, dua bulan berturut-turut tidak terima gaji, mereka memutuskan untuk mendatangi KRI Tawau dan menceritakan nasib mereka. Nama-nama mereka kemudian masuk dalam daftar deportasi.

‘’Jadi mereka merupakan korban perdagangan orang. Mereka berangkat karena biaya ditanggung dan nanti dibayar potong gaji. Yang terjadi, mereka dijadikan pendatang haram dan hasil kerjanya menjadi bagian pelaku kejahatan kemanusiaan itu,’’kata Hidayat.

Saran IOM bagi pencari kerja

Pendampingan terakhir yang dilakukan IOM Indonesia, adalah terhadap sepasang suami istri korban human trafficking asal Purworejo Jawa Tengah.

Pasangan tersebut baru dipulangkan pada Senin (18/7/2022) lalu. Kini mereka sudah sampai kampung halaman.

Keduanya sama sama mendaftar sebagai pekerja kebun kelapa sawit dari lowongan kerja di Facebook.

Baca juga: Indikasi Perdagangan Orang Kerap Terjadi pada PMI Malaysia, Pemda Nunukan Rancang SOP Penanganan TPPO

Dalam kasus ini, lanjut Hidayat, para pencari kerja yang diduga menjadi korban perdagangan manusia, memiliki SDM tidak rendah. Dan rata rata melek internet.

Mereka mengenyam pendidikan paling rendah tamatan SMA. Namun karena kondisi ekonomi, ditambah lagi sulitnya mencari pekerjaan di masa pandemi Covid-19, cara berpikir mereka, lebih pada karena kepepet dan apa boleh buat.

‘’Akhirnya kewaspadaan itu kurang akibat tekanan keadaan. Pokoknya kerja dulu dan akhirnya terjebak dalam lingkaran perbudakan,’’jelasnya.

Hidayat berpesan, apapun alasannya, dalam mencari pekerjaan lebih baik memastikan lokasi, sarat dan ketentuan.

Tidak ada pekerjaan tanpa adanya aturan atau hitam di atas putih, apalagi sekelas perusahaan perkebunan kelapa sawit.

‘’Kita sudah menyelesaikan kasus korbannya. Selanjutnya kita menawarkan pendampingan hukum, dan membantu usaha kecil bagi kelangsungan hidup korban. Catatannya, sindikatnya masih aktif. Kita masih melakukan penelusuran, di mana kendalanya adalah pelaku utama bersembunyi di balik perangkat digital,’’kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Cari Pelaku dan Penyebar Video Adegan Oral Seks di Tempat Wisata Air Panas di Maluku Tengah

Polisi Cari Pelaku dan Penyebar Video Adegan Oral Seks di Tempat Wisata Air Panas di Maluku Tengah

Regional
Lerai Teman Berkelahi karena Masalah Asmara, Pemuda di Bangka Barat Tewas

Lerai Teman Berkelahi karena Masalah Asmara, Pemuda di Bangka Barat Tewas

Regional
PPP Maluku Buka Penjaringan Calon Kepala Daerah Tanpa Mahar Politik

PPP Maluku Buka Penjaringan Calon Kepala Daerah Tanpa Mahar Politik

Regional
Bus dan 2 Mobil Terlibat Kecelakan Karambol di Solo

Bus dan 2 Mobil Terlibat Kecelakan Karambol di Solo

Regional
Hadiri Dharma Santi Nyepi 1946 Saka, Mas Dhito Janji Penuhi Kebutuhan Umat Hindu di Kediri

Hadiri Dharma Santi Nyepi 1946 Saka, Mas Dhito Janji Penuhi Kebutuhan Umat Hindu di Kediri

Regional
Sebanyak 4 Orang Jemaah Haji Asal DI Yogyakarta Berumur di Bawah 20 Tahun Akan Berangkat Tahun Ini

Sebanyak 4 Orang Jemaah Haji Asal DI Yogyakarta Berumur di Bawah 20 Tahun Akan Berangkat Tahun Ini

Regional
Siswi SD di Ambon Jadi Korban Pengeroyokan Sesama Temannya hingga Sesak Napas

Siswi SD di Ambon Jadi Korban Pengeroyokan Sesama Temannya hingga Sesak Napas

Regional
Tinjau Proyek Penanganan Longsor Bengawan Solo, Kepala Dinas PUPR Blora: Targetnya Selesai Akhir Bulan

Tinjau Proyek Penanganan Longsor Bengawan Solo, Kepala Dinas PUPR Blora: Targetnya Selesai Akhir Bulan

Regional
Bayi Laki-laki Ditemukan di Dalam Ember, Ada Surat Isinya Titip Anak

Bayi Laki-laki Ditemukan di Dalam Ember, Ada Surat Isinya Titip Anak

Regional
Vonis Ditunda, Selebgram Adelia Tutupi Wajah Pakai Map Hindari Kamera

Vonis Ditunda, Selebgram Adelia Tutupi Wajah Pakai Map Hindari Kamera

Regional
Hari Keempat Banjir Luwu, Tim SAR Masih Cari Satu Korban Hilang dan Evakuasi 8 Warga

Hari Keempat Banjir Luwu, Tim SAR Masih Cari Satu Korban Hilang dan Evakuasi 8 Warga

Regional
TNI AL Gagalkan Penyelundupan Benih Lobster Rp 15 Miliar ke Singapura

TNI AL Gagalkan Penyelundupan Benih Lobster Rp 15 Miliar ke Singapura

Regional
Dendam Ibu Disebut Dukun Santet, Pria di Ciamis Aniaya Tetangga, Satu Tewas

Dendam Ibu Disebut Dukun Santet, Pria di Ciamis Aniaya Tetangga, Satu Tewas

Regional
Dapat 17 Kursi, PDI-P Kuasai DPRD Kota Semarang

Dapat 17 Kursi, PDI-P Kuasai DPRD Kota Semarang

Regional
Jika BIM Terdampak Erupsi Marapi, Apa Solusi Penerbangan Haji Sumbar?

Jika BIM Terdampak Erupsi Marapi, Apa Solusi Penerbangan Haji Sumbar?

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com