Suami Rosalia telah meninggal sejak 20 tahun lalu.
Bersama Herman, dia tinggal di rumah berlantai tanah, berdinding bambu, dan beratapakan seng.
Dinding gubuk itu sudah banyak yang berlubang lantaran termakan usia.
Atapnya juga sudah banyak yang bocor. Saat hujan, mereka mencari bagian yang aman agar bisa istirahat.
Nenek Rosalia tak memiliki kasur. Dia tidur beralaskan tikar yang sudah usang.
Baca juga: Pilot Pesawat T-50i Terakhir Melakukan Kontak Sejam Setelah Lepas Landas dari Lanud Iswahjudi
Kompas.com bekerja sama dengan Kitabisa.com menggalang dana untuk membantu Nenek Rosalia, yang tinggal di gubuk reyot.
Anda bisa mengirimkan donasi dengan klik di sini
Herman pun tak bisa bekerja di tempat yang jauh karena ibunya sudah sakit-sakitan.
Setiap hari, ia harus memasak dan memberi makan untuk sang ibu.
"Paling saya keluar pergi cari kayu, ubi, dan sayur ke kebun. Tidak bisa lama juga. Karena, mama tidak bisa buat apa-apa lagi. Semuanya serba dibantu," tutur Herman.
Keseharian Rosalia dan Herman hidup dalam kekurangan. Mereka terbiasa makan seadanya.
Saat ada uang hasil kerja serabutan, mereka bisa membeli beras.
Baca juga: Upaya Mempromosikan Pariwisata Nagekeo NTT lewat Acara Fesyen
Ketika tak ada beras, keduanya hanya mengonsumsi pisang dan ubi kayu.
"Seringkali rebus ubi dan pisang saja. Supaya kencang, saya buatkan sayur. Sayur juga tidak pernah yang namanya pakai minyak goreng. Mau beli minyak goreng, uang dari mana. Intinya kami bisa kenyang, badan sehat," kata dia.
Herman mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan sosial (bansos) seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan sembako.
"Paling yang dapat ini Bantuan Langsung Tunai (BLT) Covid-19 dari desa. Untuk dari Pemerintah Kabupaten dan Pusat sama sekali belum pernah. Tidak tahu juga apa alasannya," ujarnya.
Ia pun berharap, pemerintah bisa membuka mata dengan kondisi keluarganya. Apalagi, kini sang ibu, sudah sakit-sakitan.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Labuan Bajo, Nansianus Taris | Editor: Pythag Kurniati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.