Kini, ibunda dari Maria telah meninggal dunia. Sebuah alat tenun sederhana disimpannya sebagai warisan berharga dari sang ibu.
"Sekarang alat tenun yang saya pakai pemberian mama. Ia barang berharga bagi saya. Mama sudah meninggal beberapa tahun lalu,” tuturnya.
Baca juga: Pelaku yang Aniaya Pria gara-gara Bunyi Pagar di Sikka Tak Ditahan, Ini Kata Polisi
Maria mengatakan, menenun bukan hal yang mudah. Butuh proses panjang dan kesabaran.
Sebab, semakin rumit motifnya, semakin lama pula waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu produk kain tenun.
Meski demikian, ia tak pernah putus asa. Sekali pun tak ada pesanan, Maria tetap menenun.
Sebab, baginya menenun adalah panggilan jiwa.
“Kadang untuk menghasilkan satu kain tenun sarung bisa menghabiskan waktu sebulan. Sangat tergantung motif,” ujarnya.
Baca juga: Cabuli Penumpang yang Masih di Bawah Umur, Tukang Ojek di Sikka Ditangkap
Maria mengungkapkan, selembar sarung tenun buatanya dibanderol dengan harga mulai Rp 800.000. Sangat tergantung tingkat kerumitan motif yang dihasilkan.
“Yang paling mahal Rp 1.800.000 karena motifnya sulit. Tapi meski mahal banyak juga yang pesan,” katanya.
Maria berharap, agar usahanya terus berkembang dan kelak bisa memperkerjakan orang lain.